Dari semua pemikiran yang disampaikannya sepanjang perjalanan, sangat terasa kalau driver tersebut sangat kaya wawasan, baik wawasan, sosial, politik, ekonomi, juga kebudayaan.
Tutur katanya juga sangat lemah lembut, tidak keras dan radikal. Bahkan sangat santun dan rendah hati. Sehingga membuat saya jadi salah tingkah, karena saya bercerita tentang aktivitas sehari-hari dengan sangat pongah.
Ternyata dalam hidup ini selalu ada pelajaran yang bisa dipetik, asal mau membuka diri untuk mengambil pelajaran dari siapa saja, tanpa perlu under estimate terhadap orang yang baru kita kenal, juga apa profesinya.
Kadang kita memang suka menilai seseorang dari penampilan dan profesinya, tanpa mau melihat rekam jejak dan latar belakangnya. Sehingga dengan mudah menganggap orang lain tidak adae apa-apanya dibandingkan kita.
Tanpa terasa, kami sudah hampir sampai di jalan menuju kerumah saya. Saya berterima kasih pada bapak driver taksi online tersebut, karena sudah memberikan motivasi buat saya untukw terus menulis.
Sebagai tanda terima kasih, saya lebihkan ongkos perjalanan tersebut, menurut saya sangat pantas untuk dia terima. Dia begitu respek dan berterima kasih atas kelebihan tersebut.
Setelah turun dari taksi online tersebut, saya kembali terngiang-ngiang dengan motivasinya, "Menulislah seakan-akan esok engkau akan mati". Kata-kata itu begitu menghipnotis saya, meskipun terasa agak maksa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H