Secara karakter, Menteri Susi dan Jonan ada kemiripan. Keduanya adalah Menteri yang tidak ada takutnya kalau apa yang dikerjakan diyakini adalah sesuatu yang benar, demi untuk kepentingan negara, apapun sanggup dilakukan.
Tapi suratan nasib baik keduanya tidak sedang berpihak pada mereka, pada akhirnya mereka berdua harus dikalahkan oleh keadaan. Meskipun dianggap berprestasi, tapi kemungkinan besar cacat secara etika dan kepatuhan.
Dari sinilah kita bisa melihat bahwa kedua orang yang sudah terlanjur menjadi pujaan masyarakat, harus tersingkir dari lingkungan kekuasaan. Bisa jadi karena ada kepentingan besar yang harus menyingkirkan mereka.
Kalau cuma persoalan etika dan kepatuhan seharusnya masih bisa ditolerir, karena prestasi yang mereka capai sudah melebihi ekspektasi. Bukankah dalam sebuah pekerjaan itu yang utama pencapaian target dari sebuah program, sementara persoalan attitude adalah yang kedua.
Banyak faktor penyebab seseorang melakukan melanggar etika dan kepatuhan, yang jelas persoalan respek bisa menjadi penyebab utamanya.Â
Kalau Kita tidak respek terhadap atasan, itu biasanya karena perbedaan pemahaman, dan cara mengatasi sebuah masalah.
Sangat disayangkan kalau memang hanya dikarenakan persoalan etika dan kepatuhan, yang membuat Susi dan Jonan harus tersingkir dari Kabinet Jokowi.Â
Memang persoalan pemilihan seorang Menteri adalah hak Prerogatif Presiden.
Namun tidak menutup kemungkinan, dalam penyusunan Kabinet pun Presiden mendengar berbagai masukan dari orang-orang terdekatnya.Â
Disinilah celahnya, masuknya berbagai pertimbangan untuk mempertahankan petahana Menteri atau tidaknya. Susi dan Jonan adalah orang yang tidak masuk dalam pertimbangan tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H