Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Curhat Ignasius Jonan tentang "Meja Kerjanya"

24 Oktober 2019   01:00 Diperbarui: 24 Oktober 2019   01:24 633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Facebook Ignasius Jonan

Senang sekali membaca status Facebook Pak Ignasius Jonan, karena dari status itu sangat tergambarkan bagaimana dia mempersiapkan mental kalau jabatan yang diembannya suatu saat tidak lagi dijabatnya.

Makanya dia tidak pernah menduduki meja kerjanya selama dia menjabat sebagai Menteri ESDM, dengan tidak duduk dan kerja di meja tersebut menurutnya, dia tidak akan berat meninggalkan jabatannya. Seperti yang saya kutip dari wall Facebook nya dibawah ini.

TERIMA KASIH ATAS SEGALA DUKUNGAN
MOHON MAAF ATAS SEGALA KEKURANGAN

Ini meja dan kursi kerja Menteri ESDM yang tidak pernah sekali pun saya duduki dan saya gunakan selama menjabat. Saya lebih suka kerja di meja panjang, meja rapat yg sekaligus  berfungsi sebagai meja kerja dan meja makan. Dengan tidak duduk dan kerja di meja menteri ini, saya tidak akan merasa berat jika suatu saat harus meninggalkan jabatan ini.

Dan momen itu tiba hari ini, Rabu 23 Oktober 2019. Bapak Presiden Jokowi telah menunjuk Pak Arifin Tasrif sebagai Menteri ESDM menggantikan saya. Saya ucapkan selamat datang dan selamat bekerja membangun sektor ESDM yang lebih baik.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang selama ini telah mendukung tugas dan tanggung jawab saya sebagai Menteri ESDM. Mohon maaf jika di sana-sini masih terdapat kekurangan.

Terus bekerja dan mengabdi untuk Indonesia yang semakin baik. Sumber

Seperti halnya Ibu Susi Pudjiastuti yang tidak lagi masuk di Kabinet Jokowi periode kedua, ini menjadi pertanyaan dikalangan masyarakat, begitu juga dengan Pak Ignasius Jonan. Berbagai spekulasi pun berseliweran di sosial media.

Kedua Mantan Menteri Jokowi ini adalah orang-orang yang tergolong profesional, dengan kinerja yang bagus. Keduanya adalah pejabat negara yang aktif bekerja dilapangan, seperti halnya Presiden Jokowi, yang lebih banyak waktu kerjanya diluar kantor.

Wajar kalau Pak Jonan menuliskan bahwa meja kerjanya tidak pernah digunakan, karena dia lebih banyak kerja di meja rapat sekaligus meja makan dan meja kerja, selebihnya bekerja dilapangan. Bisa jadi Ibu Susi pun demikian, karena teladan yang diberikan Presiden pun begitu.

Tapi lihatlah kebesaran dan kelapangan hati Jonan dan Susi, yang begitu siap secara mental melepaskan jabatannya. Berbesar hati memberikan dukungan kepada pengganti mereka, tanpa sedikit pun merendahkan kemampuan penggantinya.

Tidak ada yang membayangkan kalau kedua pejabat ini tidak lagi masuk dalam Kabinet Jokowi. Dimata masyarakat, kedua orang ini kinerjanya sangat baik, dan banyak yang merasa kehilangan. Memang ada isu yang beredar kalau ada kebijakan Jonan sangat merugikan Pemerintah.

Tapi rasanya sangat kecil kemungkinannya disebabkan hal seperti itu, karena Jokowi bukanlah tipe pemimpin yang mudah mendengarkan hal-hal seperti itu, sebelum beliau sendiri mengetahui kebenarannya. 

Orang seperti Jonan dan Susi banyak musuhnya, penetrasi yang dilakukan secara politik oleh kalangan oligarkis, sangat mungkin membuat mereka tersingkir. Orang-orang yang masih berorientasi pada kepentingan kelompok, akan sangat terganggu dengan keberadaan Jonan dan Susi.

Negara boleh membutuhkan Jonan dan Susi, tapi bagi kaum oligarkis keberadaan Jonan dan Susi akan sangat mengganggu kenyamanan dan keleluasaan mereka dalam memanfaatkan kekayaan sumber daya alam dan laut Indonesia.

Prestasi Ignasius Jonan

Kementerian ESDM selama sekian puluh tahun menjadi bancakan kekuasaan, tapi selama pemeritahan Jokowi, kekayaan SDA tersebut berhasil diambil alih kembali oleh pemerintah dibawah kementerian ESDM, yang dipimpin Ignasius Jonan dari tangan asing yang sudah menguasainya selama puluhan tahun.

Seperti yang dilansir Liputan6.com, selama hampir dua tahun dipercaya sebagai Menteri ESDM, Jonan telah melakukan sederet perubahan penting di sektor energi dan mineral untuk mewujudkan kedaulatan dan kemandirian energi.

Pertama, mengembalikan pengelolaan Blok Mahakam. Kedua, Pertamina akan mengelola 100% Blok Rokan yang mempunyai produksi minyak setara dengan 26% produksi nasional mulai tahun 2021. Ketiga, Program BBM Satu Harga yang difokuskan pada daerah 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar).

Selanjutnya, Keempat, rasio elektrifikasi mencapai 97,13% sampai dengan Semester I 2018. Kelima, tuntasnya perundingan tambang Freeport, perubahan Kontrak Karya menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus, divestasi 51% saham. Keenam,  tercapainya realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Sektor ESDM di tahun 2017 dan Semester I Tahun 2018 yang melebihi target yang ditetapkan.

Prestasi yang terakhir dicapai Jonan, Ketujuh, memangkas perizinan yang dinilai menghambat investasi. Tercatat, sudah ada 186 regulasi/perizinan yang disederhanakan, terdiri dari 56 bidang migas, 96 bidang minerba, 20 bidang ketenagalistrikan dan 14 bidang EBTKE.

Sederet prestasi yang luar biasa ini tidaklah bisa diabaikan begitu saja. Hanya dalam kurun waktu kurang lebih tiga tahun, Jonan sudah berhasil mengembalikan asset penting yang selama ini dikuasai perusahaan Asing selama puluhan tahun.

Belum pernah ada prestasi Menteri ESDM pada Pemerintahan sebelum-sebelumnya yang bisa melakukan seperti apa yang sudah dilakukan Jonan. Jadi kalau melihat sepak terjang Jonan, jelas kalangan oligarkis yang bercokol dipemerintahan saat ini sangat terganggu kepentingannya.

Tapi sebetulnya pejabat seperti Jonan ini sangat menguntungkan negara. Secara integritas, Jonan tidak perlu diragukan, apa lagi kalau melihat hasil kerja dan rekam jejaknya. Semoga saja pengganti Jonan, Arifin Tasrif, bisa mengimbangi prestasi yang sudah ditorehkan Jonan.

Sektor ESDM ini memang terbilang sektor basah, yang sebelumnya merupakan lahan empuk bagi para mafia Migas. Seperti juga sektor kelautan, wajar saja kalau  kalau ada yang berani kasih uang 5 triliyun kepada Ibu Susi, asal mau meninggalkan jabatannya. Untungnya Ibu Susi tidak tergiur dengan hal seperti itu.

Kuat dugaan, ada tekanan besar dari kalangan oligarkis politik dalam pembentukan Kabinet Jokowi, atau juga ada deal politik tertentu, sehingga membuat Jonan dan Susi tersingkir dari Kabinet di Pemerintahan Periode kedua Jokowi. Wallahu'alam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun