Selain mengantisipasi perkembangan tekhnologi digital, sepertinya Jokowi pun secara tidak langsung menyiapkan postur Kabinet Indonesia Maju (KIM), dengan personal yang mengisi posisi strategis untuk melawan Radikalisme.
Menempatkan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto pada posisi Menteri Pertahanan, Mahfud MD yang merupakan seorang sipil sebagai Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan, lalu Mantan Kapolri, yang seorang Jenderal Kepolisian sebagai Menteri dalam Negeri, juga Jenderal (Purn) Fachrul Razi sebagai Menteri Agama.
Sepintas komposisi ini terlihat tidaklah umum, tapi secara kepentingan sangat jelas kalau antara posisi dengan personal yang menduduki jabatan tersebut, sangat terencana dengan matang, dan sesuai dengan kebutuhan tata kelola strategi untuk menghadapi darurat radikalisme yang sedang marak saat ini.
Pengamat Intelijen dan Keamanan Stanislaus Riyanta menilai Kabinet Indonesia Maju menjadi sinyal Presiden Joko Widodo menyatakan perang terhadap radikalisme. Hal itu lantaran adanya individu-individu yang berkompeten untuk menghilangkan gerakan radikal di Indonesia.
"Empat orang ini mempunyai karakter tegas dan saya yakin cukup mampu melawan radikalisme. Ini sinyal perang radikal," ujar Stanislaus, Rabu (23/10).
Ia menjelaskan empat orang tersebut sudah tepat untuk ditempatkan di kementerian-kementerian yang menjadi garda terdepan melawan radikalisme
Wajar kalau Pemerintahan Jokowi-Ma'ruf concern terhadap Pemberantasan radikalisme, karena gerakan radikalisme saat ini berkembang secara masif di Indonesia, gerakan ini sudah masuk kesegala sendi institusi di negeri ini, institusi pendidikan, Pemerintahan, juga institusi BUMN.
Sinyal melawan radikalisme ini secara eksplisit sudah terlihat dari pernyataan Presiden Jokowi, pada saat Pelantikan Menteri Kabinet Indonesia Maju di Istana Negara hari ini (23/10/2019)
Presiden Jokowi secara eksplisit menyampaikan permasalahan deradikalisme menjadi pekerjaan rumah Menkopolhukam Mahuf MD dan Menteri Agama Fachrul Razi.
"Pak Jokowi mengatakan akan perang dengan radikalisme," tutur Stanislaus.
Saat memperkenalkan Prabowo sebagai Menhan pun Jokowi secara tidak langsung mengatakan, beliau tidak perlu menjelaskan tugas Prabowo sebagai Menhan, karena menurutnya Prabowo lebih tahu dari beliau.