Sebetulnya Koalisi Partai yang berada di Pemerintahan tidak berbeda jauh dengan komposisi Partai koalisi pada Periode pertama Pemerintahan Jokowi, masuknya Gerindra kedalam Pemerintahan tidak membuat Koalisi Partai menjadi gemuk.
Pada periode 2014-2019, jumlah Partai yang ada diluar Pemerintahan ada tiga Partai, PKS, Gerindra, dan Demokrat. Sama seperti sekarang, kemungkinan besar Partai yang berada diluar Pemerintahan, PKS, PAN, dan Demokrat.
Apa sebetulnya yang dirisaukan NasDem, menyebut koalisi menjadi gemuk, apa iya dengan masuknya Gerindra kedalam Pemerintahan, secara otomatis Koalisi menjadi gemuk.?
Gerindra masuk secara tidak langsung menggantikan posisi PAN, yang saat ini berada diluar Pemerintahan. Tidak ada alasan sebetulnya untuk mengatakan koalisi menjadi gemuk, sehingga NasDem memilih untuk menjadi oposisi.
Seperti yang dilansir Kompas.com, Â Partai Nasdem memberikan sinyal siap menjadi oposisi pada pemerintahan kali ini. Padahal, Partai Nasdem diketahui merupakan salah satu partai pendukung Joko Widodo-Ma'ruf Amin dalam Pilpres 2019.
Sinyal tersebut diberikan langsung oleh Ketua Umum DPP Partai Nasdem Surya Paloh usai menghadiri pelantikan Jokowi-Ma'ruf di Gedung Kura-Kura, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Minggu (20/10/2019).
Menurut dia, bila semua partai politik mendukung pemerintah, Partai Nasdem siap menjadi oposisi.
"Kalau tidak ada yang oposisi, Nasdem saja yang jadi oposisi," kata Surya seperti dilansir dari Kompas TV, Senin (21/10/2019).
Dengan mendapatkan tiga kursi Menteri, harusnya NasDem secara posisi sudah jelas. Sama seperti Partai koalisi Pemerintah yang lainnya, bahkan mungkin NasDem nasibnya lebih baik dibandingkan yang lain, seperti Hanura, PPP, Perindo, dan PSI.
Tiga kader Partai NasDem yang sudah dipanggil ke Istana hari ini (22/10/2019), Mereka adalah Syahrul Yasin Limpo, Siti Nurbaya, dan Johnny G Plate. Harusnya dengan tiga kader ini sudah mengukuhkan posisi NasDem sebagai bagian dari Koalisi Pemerintah.
Memang banyak kalangan yang menganggap Gerindra tanpa berkeringat bisa mendapatkan dua kursi Menteri, padahal Partai koalisi pendukung Jokowi yang sudah berkeringat berjuang memenangkan Jokowi-Ma'ruf, belum tentu bisa mendapatkan dua kursi Menteri.
Berbagai perspektif mengemuka baik di media sosial, maupun media online. Ada yang menganggap masuknya Gerindra kedalam Pemerintahan, adalah sebagai upaya rekonsiliasi politik atas rivalitas pada Pilpres yang baru lalu.
Ada juga yang berpasangan, Jokowi memang harus merangkul Prabowo demi mengamankan kekuasaannya untuk lima tahun kedepan. Namun Tidak sedikit juga yang berpendapat kalau masuknya Gerindra kedalam Pemerintahan, hanya akan menjadi duri didalam daging.
Munculnya berbagai pandangan dikalangan masyarakat karena hal seperti ini baru kali ini terjadi di Indonesia. Dimana Pemenang Pilpres merangkul lawan politiknya untuk masuk kedalam Pemerintahan.
Tidak ada yang salah sebetulnya, selama apa yang dilakukan untuk kepentingan Bangsa dan negara, demi Indonesia yang lebih baik. Akan menjadi salah kalau peluang yang sudah diberikan tersebut tidak dimanfaatkan dengan baik, yang terjadi malah menggunting dalam lipatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H