Isyarat yang ditampilkan atas kehadiran Prabowo-Sandi, pada pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia Periode 2019-2024, kemarin 20 Oktober 2019, adalah Pilpres sudah selesai, dan tidak ada lagi rivalitas.
Selain itu, merapat ataupun tidaknya Prabowo-Sandi ke Pemerintahan, secara prinsif mereka ingin bersama-sama mendahulukan kepentingan bangsa diatas kepentingan kelompok.
Artinya, secara tidak langsung secara ksatria Prabowo-Sandi sudah tidak lagi mempersoalkan tentang kekalahan di Pilpres, yang terpenting bagi mereka bagaimana secara bersama-sama menumbuhkan kesadaran politik untuk Indonesia yang lebih baik.
Seharusnya semua pihak mengapresiasi tumbuhnya kesadaran ini dikalangan elit politik akhir-akhir ini. Apa yang mereka perlihatkan kepada masyarakat adalah sebuah teladan yang patut dicontoh.
Kalau para pemimpinnya sudah memberikan teladan yang baik, harusnya masyarakat sebagai pendukung mereka pun juga sudah bisa menanggalkan sebutan 'kampret' dan 'cebong', sudah tidak ada lagi sebutan itu, semua menyatu dalam panji Keindonesiaan.
Sebagai masyarakat kita berkewajiban untuk berbaik sangka terhadap apa yang ingin mereka lakukan bersama. Ini adalah momentum terbaik bagi Indonesia untuk bangkit, mengejar berbagai ketinggalannya dari bangsa lain.
Musuh bersama bangsa sekarang ini adalah, kejahatan korupsi, radikalisme dan kebodohan yang terus mewabah, yang sudah merusak sendi-sendi kehidupan berbangsa. Sangat diperlukan mengukuhkan persatuan dan kesatuan untuk memerangi ketiga hal tersebut.
Pada akhirnya kita tidak lagi bicara siapa Pemenang, tapi bagaimana caranya Indonesia menjadi negara Pemenang, Pilpres hanyalah sarana berdemokrasi, sebagai masyarakat harusnya kita bersyukur dan mau menerima kenyataan Prabowo dan Jokowi bersatu, begitulah seharusnya pemimpin mempersatukan masyarakat yang sudah terbelah.
"Jatuh bangunnya negara ini, sangat tergantung dari bangsa ini sendiri. Makin pudar persatuan dan kepedulian, Indonesia hanyalah sekedar nama dan gambar seuntaian pulau di peta".~ Muhammad Hatta
Bung Hatta menuliskan kata-kata diatas, bisa jadi terinsprirasi dari situasi dan kondisi negara dan bangsa ini saat itu. Kata-kata tersebut adalah sebuah harapan dari seorang pemimpin yang memperhatikan hal-hal yang terkait dengan persatuan dan kepedulian bangsanya.
Hampi rerata para pendiri bangsa ini sangat memperdulikan persatuan dan kesatuan bangsa. Makanya landasan dasar negara Pancasila lahir atas dasar tujuan untuk mempersatukan bangsa ber-bhineka dalam "tunggal ika".
Apa yang dicita-citakan Jokowi-Prabowo dan para elit politik saat ini, adalah ingin mengukuhkan persatuan dan kesatuan bangsa. Cukuplah karena dua Pilpres kita terbelah. Sekarang Pilpres sudah usai, harusnya tidak ada lagi yang tercerai berai.
Lihatlah pesan Bung Karno, Bapak Republik Indonesia, Salah seorang Proklamator, dan juga President pertama Republik Indonesia, tentang pentingnya Persatuan.
"Pemilihan umum jangan menjadi tempat pertempuran. Perjuangan kepartaian yang dapat memecah persatuan bangsa Indonesia".~ Ir. Soekarno.
Tidak ada alasan bagi elit politik dan masyarakat Indonesia untuk tidak menjaga dan memelihara Persatuan dan kesatuan bangsa. Landasan utama bangsa ini untuk bangkit dari segala keterpurukan adalah; 'Persatuan dan Kesatuan Bangsa'.
Niat baik Prabowo-Sandi haruslah diapresiasi tanpa ada kecurigaan apapun. Begitu juga kesadaran elit politik untuk mengutamakan kepentingan Bangsa diatas kepentingan kelompok. Ini adalah sebuah momentum untuk memperbaiki nasib bangsa ini kedepan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H