Saya bilang sama dia, kalau kamu mau nyaman, kamu harus punya 'bargaining position', dengan begitu kamu punya kelebihan yang diperhitungkan orang lain, dan diterima oleh lingkungan pekerjaan. Dengan demikian tidak mungkin mereka tidak memikirkan apa yang kamu butuhkan.
Sangat terlihat dari wajahnya begitu stress, butuh uang tapi pekerjaan yang ditekuni belum ada tanda-tanda akan menghasilkan uang, sementara tenaga sudah terkuras habis demi untuk menghasilkan uang.Â
Saya bilang sama dia, Salah satu faktor saya meninggalkan pekerjaan tersebut, faktor seperti itulah yang membuat saya tidak sanggup.
Masih untung kalau ketemu Production House (PH) yang memang secara administrasinya bagus, menejemennya bagus, kalau gak bisa-bisa bukan uang yang didapat, uang yang adapun habis, fisik dan pikiran pun jadi menderita.Â
Saya berusaha bicara pahit sama dia, supaya dia berpikir keras untuk mengambil sebuah keputusan. Padahal keputusannya sederhana, 'Take it or Leave it'.
Sebetulnya dalam bekerja itu memang harus memiliki 'skill' yang memadai, sehingga dengan skill tersebut akan menentukan bargaining position.Â
Kalau sudah memiliki itu tidak ada lagi hambatan dalam bekerja. Tapi memang yang seperti itupun akan menimbulkan kecemburuan bagi yang lainnya, bisa saja hal seperti itupun akan menghambat pekerjaan.
"Jangan mengutuk kegelapan, lebih baik nyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan"
Usaha Dan kerja keras yang tak kunjung berbuah manis memang sering menyesak di dada dan buatmu malas melangkah. Tapi ingat hidup akan terus berjalan meski kamu diam di tempat, jadi bergegaslah jika tak ingin ketinggalan.
Waktu berjalan begitu cepat, jangan puas hanya dengan jalan ditempat, dan jangan biarkan hatimu terus mengumpat, meskipun apa yang diinginkan belumlah didapat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI