Tidak ada yang bisa menyangka, seorang yang begitu meragukan kemampuan Jokowi, akhirnya harus mendampinginya. Banyak yang meragukan JK, bahkan banyak yang salah sangka terhadap JK.Â
Sebagai seorang politisi kawakan, dari sebuah Partai Golkar, mengundang berbagai kecurigaan dan salah paham terhadap JK.
Selama proses pemerintahan berlangsung, banyak manuver-manuver JK yang dianggap seperti "menggunting dalam lipatan". JK sering melakukan otokritik, yang dianggap tidak pantas, dan berseberangan dengan visi Jokowi.
Begitulah cara JK menjaga keseimbangan dan menjaga citra dirinya. Ia tidak ingin dianggap sebagai Wakil Presiden yang cuma bisa membeo. Dia harus berani mengoreksi Presiden, meskipun itu pahit.
Selama lima tahun mendampingi Jokowi, tentunya JK melihat dan tahu dengan persis kelebihan dan kekurangan Jokowi.Â
JK merasakan pahit dan manisnya menjadi pendamping Jokowi, dan dia bisa membandingkan antara kepemimpinan Jokowi dengan SBY.
Salah sangka saya terhadap JK baru bisa saya hapus setelah melewati tahun ketiga pemerintahan Jokowi-JK, di mana JK mulai merasakan kelebihan-kelebihan Jokowi di atas kelemahannya.
Meskipun tidak jarang beliau mengkritisi Jokowi, namun beliau juga kerap memuji kebijakan-kebijakan yang diputuskan Jokowi. Posisi penting JK sebagai Wakil Presiden adalah selalu mewakili Jokowi di Sidang PBB.
Makanya JK berpesan, sebaiknya di lain waktu Jokowi harus bisa hadir pada sidang PBB, karena tidak elok kalau Presiden RI tidak pernah hadir pada sidang PBB.Â
Itulah akhirnya yang menyebabkan keluar aturan, Presiden RI wajib menggunakan Bahasa Indonesia, saat berpidato di forum Internasional.
Oh ya, JK juga punya peranan penting dalam penyelesaian konflik di Ambon dan Poso. Memang JK seorang negosiator yang ulung, kemampuannya dalam menyelesaikan berbagai konflik sangat diperhitungkan.Â