Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Adhie Massardi Terlalu Merendahkan Profesi Buzzer

10 Oktober 2019   13:22 Diperbarui: 10 Oktober 2019   13:30 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mantan Juru bicara Presiden Abdurachman Wahid atau Gus Dur, yang juga Ketua Umum Perkumpulan Swing Voters (PSV) Indonesia, Adhie Massardi menyebut bahwa buzzer merupakan seburuk-buruknya sampah dalam demokrasi. Ini lantaran mereka masuk dalam kategori B3, yaitu mengandung bahan berbahaya, dan beracun.

Dia menguraikan bahwa buzzer kini sudah berubah menjadi preman dunia maya. Mereka bertugas menakut-nakuti dan menyesatkan publik.

Tuduhan Adhie tersebut tidak mendasar, dan juga salah besar. Kalau saja dia faham seperti apa cara kerja seorang buzzer. Apa lagi menganggap keberadaan buzzer itu karena ekonomi sedang sulit.

Buzzer itu ada justeru karena ada yang mampu bayar, gimana mungkin bisa bayar buzzer kalau ekonomi sedang sulit. Buzzer itu seorang profesional yang bayarannya tidak murah.

Tahu gak berapa bayaran seorang buzzer profesional, bisa jadi lebih besar penghasilannya dari seorang Adhie Massardi.

Kalau membuat pernyataan harus kuat argumentasinya, tahu apa yang dibahas, dan jangan menjeneralisir profesi buzzer. Mungkin memang ada buzzer yang dibayar khusus untuk membuat gaduh dan menyebarkan hoaks.

Adhie pernah tahu gak group Saracen dan Muslim Cyber Army (MCA), yang dikelola secara khusus oleh buzzer Politik, untuk menyebarkan hoaks dan menjatuhkan nama baik Jokowi.

Kehadiran buzzer Istana justeru untuk meng-counter hoaks yang disebarkan oleh group buzzer tersebut. Buzzer Istana tidak hadir untuk menyebarkan hoaks, kalau bikin ramai ya wajar dong, namanya juga "pendengung'.

Pendengung kalau tidak ramai ya bukan buzzer namanya. Kenapa cuma buzzer Istana yang disorot, kenapa buzzer yang dikelola pihak lawan Istana tidak disorot, itu karena kalian bersekongkol sama mereka.

Tapi tidak semua buzzer bikin gaduh dan nyampah didunia maya. Kalo mau mempromosikan Rizal Ramli jadi Menteri Keuangan, tidak perlu mendiskreditkan profesi buzzer.

Kehadiran buzzer politik karena dibutuhkan yang mampu membayar, bukan karena kondisi dan situasi ekonomi yang tidak baik. Jangan cari kambing hitam untuk menjatuhkan profesi buzzer.

Tidak ada jaminan jika Rizal Ramli jadi Menteri keuangan, maka buzzer akan game over. Rizal Ramli cuma manusia biasa, sama seperti manusia pada umumnya, tidak perlu dibesar-besarkan.

Sudah dibuktikan sama Jokowi, diangkat sebagai Menteri kemaritiman, Rizal tidak bisa berbuat apa-apa, tidak satupun kebijakannya yang membawa perubahan yang significant, makanya juga dicopot dari jabatannya.

Saya menuliskan ini bukan karena saya buzzer Jokowi, tapi karena keangkuhan pernyataan yang merendahkan martabat buzzer. Saya juga buzzer, tapi bukanlah seperti buzzer yang sedang dihebohkan.

Menjeneralisir profesi buzzer sebagai seburuk-buruknya sampah, adalah pernyataan yang sombong dan arogan. Mungkin profesi Adhie Massardi sendiri tidak lebih mulia dariw seorang buzzer.

Tidak semua orang mampu membayar buzzer politik, karena tarif seorang buzzer politik tidaklah murah, makanya dengan tarif yang mahal tersebut, seorang buzzer juga tidak sembarangan menerima pekerjaan.

Cuma ada dua hal yang menyebabkan seseorang mau menjadi buzzer politik,

Pertama, yang mengajak kerjasama mau membayar sesuai dengan nilai yang ditentukan buzzer.

Kedua, kalau pun secara angka/nilai tidak sesuai dengan yang diinginkan, minimal mengenal dekat pihak yang ingin mengajak kerjasama.

Dan biasanya ada ketentuan diluar itu, yakni sebagai buzzer tidak menerima pesanan untuk membuat atau menyebarkan berita bohong. Ini kalau buzzer profesional yang saya ketahui.

Reputasi buzzer menjadi rusak, karena banyaknya penyebar hoaks di media sosial, sehingga siapa saja yang berdengung membuat bising di media sosial dianggap sebagai buzzer.

Ini yang harus difahami oleh Adhie Massardi, jangan asal mengeluarkan pernyataan dengan merendahkan profesi orang lain. Dan perlu diingat, Adhie sendiri tidak lebih terhormat dari seorang buzzer.

Sumber

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun