Kepala Kepolisian RI Jenderal Polisi Tito Karnavian menyatakan bahwa aksi anarkistis yang terjadi di sekitar Gedung DPR pasca-demonstrasi mahasiswa 24-25 September 2019 malam memiliki pola yang mirip dengan kerusuhan pada 21-22 Mei 2019.
Sinyalemen Tito Karnavian tidaklah salah, memang ada kesamaan modus dalam mendisain kerusuhan, yakni memanfaatkan kerumunan massa pasca demo. Dengan menumpang aksi demo kerusuhan yang diciptakan terkamuflase also demo mahasiswa.
Sewaktu kerusuhan 22 Mei 2019 juga begitu, setelah also damai yang dilakukan pendukung Prabowo didepan Bawaslu sampai sore hari, malamnya pecah kerusuhan dan pembakaran yang dilakukan oleh massa yang terdeteksi sebagai penumpang Gelap.
Kerusuhan 22 Mei 2019 yang lalu, sempat menyeret nama Soenarko, dan Soenarko sempat ditahan dirumah tahanan Militer Guntur. Soenarko saat itu diduga menyelundupkan senjata secara Ilegal.
Dalam kasus Abdul Basith, diceritakan Soenarko meminta agar dibuat letusan di ketujuh titik tersebut. Soenarko bersama dengan Laode Sugiono dan Mulyono Santoso duduk di meja melingkar yang sama membahas pembuatan bom. Laode, Abdul menambahkan, menyanggupi menyiapkan bahan peledak.
Secara tidak langsung Abdul Basith sudah menyeret Soenarko kedalam pusaran kasusnya. Sejauh mana keterlibatan Soenarko, tergantung proses penyelidikan yang dilakukan kepolisian, apakah Soenarko akan lolos dari jeratan hukum, seperti kasus sebelumnya.?
Grand Design kasus seperti ini seharusnya sudah terbaca. Kalaupun ada terkait sentimen etnis, itu hanyalah merupakan pengaburan terhadap rencana sebenarnya.
Upaya menciptakan kerusuhan besar, adalah sebuah rencana makar, yang bertujuan menggulingkan pemerintahan yang sah. Dengan harapan kerusuhan yang diciptakan menimbulkan Chaos. Kalau sudah begitu keadaannya, maka semua kepentingan penunggang bisa dilaksanakan.
Tidak bisa dipungkiri dari kerusuhan yang diciptakan juga sudah diboncengi kepentingan pendirian negara khilafah. Kalau melihat dari orang-orang yang terlibat dalam perencanaan kerusuhan tersebut, adalah mereka yang sudah terpapar faham radikalisme.
Dengan ditangkapnya Abdul Basith ini, bisa menjadi pintu masuk untuk mengungkapkan, siapa-siapa yang ada dibelakangnya. Kepolisian tentunya sudah mempunyai data orang-orang ada dibelakang Abdul Basith.