"Selama rakyat belum mencapai kekuasaan politik atas negri sendiri, maka sebagian atau syarat-syarat hidupnya baik ekonomi maupun sosial maupun politik diperuntukan bagi yang bukan kepentingannya bahkan bertentangan dengan kepentingannya".~ Ir.Soekarno
Rakyat yang cuma bisa mengintip bagaimana partai politik bagi-bagi kue kekuasaan, yang merupakan hasil olahan para penguasa politik yang menciptakan oligarki kekuasaan didalam Pemerintahan.
Tanpa ada rasa sunkan semua dinegosiasikan di internal Partai, kalau jabatan ini untuk partai A, dan jabatan satunya lagi untuk partai B. Bukan lagi ukurannya kapasitas dan kepatutan, tapi bagaimana menciptakan keseimbangan demi kelangsungan dan eksistensi kekuasaan.
Inilah yang sering terjadi, begitu kue kekuasaan tidak dibagikan secara merata, maka kegaduhan politik pun tidak bisa dihindari. Lagi-lagi rakyat cuma bisa mengintip dari kejauhan, tanpa bisa berbuat apa-apa.
Seringkali mereka mengatasnamakan kepentingan rakyat, dan sering juga rakyat dikorbankan untuk kepentingan mereka, tapi tetap saja semua atas nama kepentingan rakyat.
Bisa jadi penyusunan Kabinet Kerja Pemerintahan Jokowi-Ma'ruf, tidak terlepas dari campur tangan para oligarkis politik yang ada didalam Pemerintahan.
Meskipun itu merupakan hak Prerogatif Presiden, tapi tetap saja mereka yang merasa punya andil besar secara politik dalam memenangkan kontestasi Pilpres, akan mengkooptasinya atas dasar pamrih.
"Mungkin memang suatu ilusi untuk mengubah keadaan tanpa jalan politik; tapi sering perubahan politik hanya sekedar perubahan bentuk panggung dan nama aktor yang karena persis seperti cerita lama, jadinya sangat mengecewakan".~ Goenawan Moehammad
Mungkin kita berpikir untuk mengubah keadaan, namun posisi kita sebagai rakyat ada diluar panggung politik. Kalaupun kita masuk kepanggung, itu artinya siap menjadi bagian dari mereka yang kebanyakan.