Kalau sampai terlaksana, maka menjadi preseden buruk bagi semangat Pemberantasan Korupsi. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa diinternal KPK sendiri masih banyak persoalan serius yang perlu dituntaskan. Kalaupun memang harus ada yang direvisi dari UU KPK, tentu tujuannya untuk memperkuat KPK, bukan justeru memperlemah KPK.
Kalau ada akademisi atau kelompok masyarakat menolak Revisi UU KPK, ya wajar-wajar saja, tidak perlu mereka diintimidasi ataupun di teror. Toh apa yang mereka suarakan adalah aspirasi murni, seperti halnya aspirasi mayoritas Anggota Dewan yang ingin merevisi UU KPK.
Seperti yang dilansir Tempo.co, Ahli Hukum Tata Negara dari Universitas Gadjah Mada Zainal Arifin Mochtar mendapatkan teror setelah banyak bicara menolak revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi atau revisi UU KPK. Dia mengatakan beberapa hari ini mendapatkan ratusan panggilan telepon dari nomor tak dikenal, baik dari dalam maupun luar negeri.
Hal yang serupa dialami oleh beberapa akademisi lainnya, seperti yang penulis baca dari timeline Facebook Imam B. Prasodjo, yang juga menerima panggilan telpon dari nomor yang tidak dikenal, baik dari dalam maupun luar negeri.
Sebagai mana diketahui, Imam B Prasodjo adalah juga merupakan seorang pengamat sosial dan Dosen Ilmu Sosial dan Politik di Universitas Indonesia, yang juga mempunyai perhatian yang cukup intens terhadap pelemahan KPK. Sehingga beliau pun menjadi target teror karena Ikut menolak Revisi UU KPK.
Seperti yang dikatakan Zainal, bukan cuma dirinya yang mengalami teror tersebut. Sedikitnya ada 10 akademisi yang juga mendapatkan teror dari nomor tak dikenal. Di antaranya, Pakar hukum tata negara Bivitri Susanti dan dosen UGM Rimawan Pradiptyo. Akun WhatsApp Rimawan bahkan diretas. Peretas tak dikenal mensabotase akun milik pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM ini untuk menyebarkan konten dukungan terhadap revisi UU KPK.
Jadi para akademisi yang gencar melawan pelemahan terhadap KPK pun mendapat teror. Ada kekuatan apa sebenarnya dibelakang upaya pelemahan KPK tersebut.? Semoga Presiden Jokowi menangkap aspirasi yang berkembang saat ini. Wassalam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H