Minke dan Nyai Ontosoroh kalah secara hukum menghadapi pengadilan eropa. Dramatisasi masuknya unsur politik Identitas agama pun diselipkan Hanung di film ini, dan suasananya sangat lekat dengan suasana kekinian.
Tokoh lain yang cukup mencuri perhatian adalah Ibunya Minke yang diperankan oleh Ayu Laksmi dan ayah Minke, yang diperankan oleh Doni Damara, meski tidak banyak scene yang dijatahkan, namun cukup memberikan nilai peran yang cukup kuat.
Robert Mallema kakak Anneliese, anak laki-laki Nyai Ontosoroh dan Herman Mallema, yang diperankan oleh Giorgino Abraham, cukup berhasil memancing emosi penonton dengan peran antagonisnya.
Hanung Bramantyo untuk kali ini perlu diapresiasi, begitu juga Alan Sebastian sebagai art director yang menjaga semua unsur artistik sangat maksimal, penataan busananya bagus, penataan riasnya juga demikian, begitu juga penataan set dan property-nya. Inne Febrianti sebagai Nyai Ontosoroh bermain sangat cemerlang, sehingga cerita Bumi Manusia menjadi miliknya secara utuh.
Catatan dari penulis terhadap penataan artistik, hanya pada pewarnaan set yang kurang soft, sehingga sangat terasa kalau set yang dipakai adalah set yang sengaja dibangun untuk kebutuhan shooting.
Padahal kalau saja pewarnaan set lebih mendekati pewarnaan bangunan jaman kolonial, yang didominasi Warna kuning gading dan putih, akan terasa lebih natural. Secara finishing sentuhan akhir setnya terkesan sangat terburu-buru, sehingga kurang kurang polesan.
Penulis: Aji Najiullah Thaib
Penata artistik film, TV Commercial dan sinetron. Alumni Seni Rupa Institut Kesenian Jakarta (IKJ).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H