Kalau melihat dari situasi ini sepertinya sudah ada pembicaraan antara Bu Risma dan Bu Megawati, bagaimana posisinya kedepan, bisa jadi bertepatan dengan habisnya masa jabatannya sebagai Walikota Surabaya, Pilkada DKI Jakarta 2020 akan diselenggarakan.
Isu Risma akan digadang pada Pilkada DKI Jakarta sudah sangat santer, peluang ini lebih pas bagi Risma ketimbang jadi Menteri Jokowi. Kalau jadi Menteri Jokowi, itu artinya dia harus melepaskan jabatannya sebagai Walikota Surabaya, dan Risma tidak ingin melakukan itu.
Jadi penolakan Risma terhadap jabatan Menteri di Kabinet Jokowi-Ma'ruf sangatlah beralasan. Disamping karena tidak ingin melanggar prinsip yang dianutnya, juga karena adanya rencana Partai untuke memajukannya di Pilkada DKI Jakarta, bukanlah karena hal lainnya.
Tidak ada yang meragukan prestasi Bu Risma sebagai walikota Surabaya, dia berhasil menurunkan kemiskinan di kota Surabaya secara drastis, dari sebelumnya 12 persen menjadi dua persen.
Masih menurut Bu Megawati, keberhasilan Risma salah satunya adalah masalah lingkungan. Karena dia telah memberikan perubahan yang luar biasa. Misalnya, Risma telah banyak membuat ruang terbuka hijau di kota Surabaya ini.
"Dari sisi lingkungan Surabaya sudah turun dua derajat, kalau tempat lain naik. Maka surabaya sebagai ibu kita Jawa Timur bisa turun dua derajat," katanya.
Jadi menolak jabatan Menteri untuk sebuah langkah yang lebih prosfektif, adalah sebuah perhitungan yang matang, baik dari Bu Risma, mau pun Bu Megawati sebagai pemberi pengarahannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H