Sejumlah media massa memberitakan jika JK membocorkan kepada Buya Syafii Maarif kalau Sri Mulyani akan diangkat jadi menteri lagi.
Tapi pada kenyataannya jalan Sri Mulyani untuk masuk kembali dalam KIK II tidaklah semulus perkiraan semua orang, seperti yang penulis katakan diatas bahwa SMI ditolak oleh elit PDI-P, dengan berbagai alasan.
Politikus PDIP, Effendi Simbolon menyoroti kinerja Menteri Keuangan saat ini, Sri Mulyani.
Effendi menilai wacana mempertahankan Sri Mulyani sangat tidak tepat dan sangat memprihatinkan.
Selain Sri Mulyani, Effendi juga mengkritik pedas Menteri BUMN, Rini Soemarno.
"Tim ekonomi masih mau dipertahankan. Waduuh... Ini kepentingan yang punya uang saja diperhatikan, Eropa, Amerika, dan Singapura sana. Mempertahankan Sri Mulyani sama saja kita mempertahankan kita di bawah belenggunya rentenir itu. Itu harus di bongkar. Kita bongkar dia kok di zaman SBY," katanya menegaskan.
Kalau elit PDI-P menolak Rini Sumarno mungkin nettizen masih bisa memaklumi, tapi kalau menolak SMI sepertinya elit PDI-P akan dikecam oleh nettizen yang sudah berharap banyak akan dipertahankan Jokowi pada Periode kedua.
Kinerja SMI yang dinilai positif antara lain penerimaan negara yang melampaui target, kenaikan gaji pegawai negeri sipil (PNS), pengembalian saham PT Freeport Indonesia ke pemerintah, penyelamatan uang negara dari perusahaan milik Tommy Suharto.
Keberhasilan pertemuan tahunan International Monetary Fund (IMF) di Bali, dan prestasinya sebagai Finance Minister of the Year 2019 Global and the Asia Pacific.
Sebetulnya kalau mau fair, upaya SMI menjaga stabilitas ekonomi selama Lima tahun Pemerintahan berjalan terbilang cukup stabil, tidak ada gejolak ekonomi yang berarti, memang bukan tidak ada sentimen negatifnya.
Sentimen negatif muncul antara lain dari melemahnya rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, bertambahnya utang negara, dan defisit keuangan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.