Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Dilema NET TV Menghadapi Persaingan Media

10 Agustus 2019   06:00 Diperbarui: 10 Agustus 2019   07:13 554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

NET TV berkelas, itulah kata yang pertama kali saya ucapkan ketika melihat tayangan Stasiun TV yang dikomandoi Whisnutama, Mantan direksi TransTV. Keluar dari TransTV memang tidak langsung Whisnutama mendirikan NET TV, ada jeda sekian lama baru NET TV berdiri.

Saat pertama mengudarapun NET TV tidak langsung Moncer, butuh waktu kurang lebih satu tahun program NET TV mengudara tanpa adanya iklan. Saya sempat mengerjakan satu programnya yang cukup booming, yakni Kelas Internasional, sayangnya saya  cuma kebagian 8 episode.

Dari situ saya tahu bahwa Whisnutama sangat selektif dalam merekrut karyawannya, mereka rerata kaum millennial yang memang mempunyai skill sesuai dengan bidangnya masing-masing. Hampir rerata program NET TV berkelas, segmen penontonnya berbeda dengan Stasiun lain.

Target audience-nya mungkin ingin menyasar kalangan yang tidak menyukai sinetron Indonesia pada umumnya. Bagus sih prinsipnya, tapi sayangnya kalangan yang tidak menyukai sinetron itu ternyata kalangan borjuis, yang tidak suka menonton tayangan TV Indonesia.

Alhasil NET TV pun tidak ditonton sama mereka. Inilah model penonton TV  indonesia, mereka yang tidak menonton sinetron Indonesia itu ternyata juga tidak menonton tayangan TV Indonesia, selain daripada nonton Bola.

Tidak aneh kalau pada akhir-akhir ini ada kabar PHK Massal dari NET TV, mungkin bukan PHK massal, tapi karyawannya diminta untuk mengundurkan diri secara massal, karena kalau PHK Massal, tentunya Akan sangat membebani manajemen NET TV, sementara kondisinya sendiri tidak memungkinkan untuk itu.

NET TV terbilang dilematis, ingin mempertahankan idealisme dengan program yang high image, maka resikonya sepi penonton. Kalau sepi penonton dan rendah ratingnya, maka akan sedikit pula pemasang iklannya. Sedikit Iklan akan beresiko pada sedikitnya pemasukan.

Sementara pemasukan dari iklan adalah Sumber Utama untuk keberlangsungan sebuah tayangan acara. Pemasukan itulah yang membiayai airtime dari sebuah program. Tanpa menghasilkan pemasukan, maka sebuah program tidak akan bertahan lama penayangannya.

Untuk menutupi overhead perusahaan pun mengandalkan dari pemasukan Iklan. Awal-awal berdirinya bisa saja masih disubsidi sama owner, tapi seberapa lama sih owner sanggup menopang pembiayaan operasional sebuah Stasiun TV yang tidak kecil biayanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun