Fenomena Tradisi Pilgub
Apa yang Anda bayangkan di musim Pilgub.? Apakah Anda melihat orang-orang pintar adu pintar, atau Anda melihat orang-orang berduit adu banyak-banyakan duit untuk Ikut pemilihan Gubernur.?
Itulah fenomena sekarang ini, hanya orang berduit yang bisa Ikut pemilihan Gubernur. Punya prestasi, pintar, dan punya skill yang mumpuni, tidak punya basis politik, dan tidak punya duit, jangan harap Anda bisa ikut kontestasi. Itulah kondisi nyata perpolitikan kita, yang menjadi tradisi politik yang kurang baik dalam suksesi kepemimpinan.
Padahal Almarhum Gus Dur pernah memberi contoh, untuk menjadi Presiden cukup dengan modal dengkulnya Amien Rais, tanpa perlu ngoyo dia bisa jadi Presiden. Memang sih bukan sistem pemilihan langsung, dimana saat itu Presiden masih menjadi Mandataris MPR.
Tapi sebetulnya untuk menjadi Gubernur pun bisa tanpa perlu harus jor-joran mengeluarkan uang, tapi memang harus memiliki prestasi yang luar biasa sehingga dilirik banyak orang. Kalaupun tetap harus mengeluarkan uang, mungkin tidak perlu jor-joran.
Sudah menjadi rahasia Umum, seperti apa seorang Bupati atau Walikota yang Ikut kontestasi Pilgub, menguras pundi-pundi keuangannya, dan seperti apa dia mengumpulkan uang segitu banyak untuk persiapan Ikut kontestasi Pilgub.
Mindset ini harus diubah kalau ingin mendapatkan seorang Gubernur/Kepala Pemerintahan yang bersih dan berintegritas, kalau ini tidak diubah maka tradisi tersebut akan terus berlangsung, pemimpin yang berkualitas jangan harap bisa didapatkan.
Penulis : Aji Najiullah Thaib (Ajinatha)
Putra Daerah Jambi, Pekerja Seni, Pengamat Media Sosial, berdomisili di Jakarta
Alumni Institut Kesenian Jakarta (IKJ)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H