Ketika katulampa mengisyaratkan siaga, Jakarta pun gundah gulana menunggu kiriman
Tidak ada yang bisa menolak kiriman, karena sudah menjadi kebiasaan, air datang tak bicara, merangsek kekota memenuhi perkampungan.
Saat orang-orang beretorika penanggulangan, diam-diam air sudah merendam kota dan perkampungan tanpa berbicara.
Orang-orang pintar mengemukakan berbagai analisa, tanpa berbicara air ternyata lebih pintar dari orang-orang yang banyak bicara.
Padahal Jakarta lagi tidak hujan kata mereka, tapi katulampa berbaik hati memberikan kiriman.
Tahun demi tahun katulampa selalu memberi isyarat, namun orang-orang pintar negeri ini tak berdaya.
Mereka meracau memberikan solusi, mereka pikir air bisa diajak berdiskusi, terlalu pintar orang-orang ini.
Anggaran demi anggaran digelontorkan, namun tetap saja air punya caranya sendiri, tanpa bicara air terus menggenang tak diserap bumi.
Orang-orang pintar negeri ini masih terus berdiskusi dengan retorika yang berapi-api, tetap saja banjir tidak bisa ditolak dan diatasi.
Sudut jalan sunyi 28042019
Ajinatha