Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Jokowi, Prabowo, dan "Pihak Ketiga"

20 April 2019   06:41 Diperbarui: 20 April 2019   07:33 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah ada beberapa artikel yang saya tuliskan bahwa, Pilpres 2019 bukan cuma kontestasi dua Kandidat Presiden antara Jokowi dan Prabowo, tapi ada pihak Ketiga yang ingin menangkap peluang untuk memancing diair keruh, inilah yang harus diwaspadai.

Sengkarut hasil perhitungan suara menjadi polemik yang tidak berkesudahan, sementara ada pihak lain yang mencoba menabuh gendrang permusuhan, yang memanasi situasi agar menjadi konflik, dan tidak ada pihak yang berusaha untuk mencari jalan Tengah.

Negeri ini sudah kehilangan keteladanan dari seseorang yang disegani, sehingga tidak ada lagi tokoh yang bisa mendamaikan, karena gelombang panas itu memang sengaja diciptakan, ada yang ingin merebut kendali Pemerintahan secara Inkonstitusional.

Seseorang bisa menceritakan mimpi tentang kepemimpinan, dan itu dipercayai sebagai sebuah kebenaran dan kepastian, padahal seringkali mimpi hanya menyesatkan. Setelah itu tidak berusaha untuk masuk memberi pencerahan, agar situasi bisa didamaikan.

Begitulah seharusnya kalau kita Sama-sama mencintai kedamaian negeri ini. Tapi ketika sebuah bisikan tersebut menjadi oase yang diteguk karena kehausan terhadap kekuasaan yang terlalu lama, maka menjadi sangat memabukkan.

Kini situasi seperti api dalam sekam, tidak ada yang berusaha untuk meredam, tokoh-tokoh panutan tidak ada yang bersuara, karena takut dianggap sebagai sebuah keberpihakan. Yang berseteru harus mampu saling menahan diri, kalau tidak ingin peluang ini dimanfaatkan pihak Ketiga.

Terlalu mahal kalau Pemilu 2019 harus ditebus dengan perpecahan. Sebuah kekuasaan hanya merupakan kepentingan sesaat, sementara negeri ini ada untuk hajat hidup dan kepentingan bangsa dan negara sepanjang masa.

Yang ksatria harus mampu memperlihatkan ksatriaannya, yang negarawan harus bisa menempatkan kenegarawannya. Negara ini ada bukan Karena hasil pemberian cuma-cuma. Negara ini direbut dengan semangat mengorbankan nyawa, dan negara ini tidak boleh sia-sia.

Kita bisa membusungkan dada kepada musuh, namun musuh bangsa ini bukan bangsa sendiri. Jangan jadikan kenyataan apa yang pernah dikatakan Bung Karno,

"Perjuanganku tidak berat, karena hanya mengusir penjajah, perjuanganmu lebih berat, karena melawan bangsamu sendiri."

Negara ini banyak memiliki orang pintar dalam hal gagasan, hanya saja sedikit memiliki orang bijak yang mau bekerja keras. Negara ini terlalu banyak orang yang pintar berbicara, tapi hanya sedikit yang mau menjadi pendengar.

Ayolah jangan sampai negara yang sudah merdeka ini porak poranda hanya Karena kegoisan Satu dua orang, dan pada akhirnya dengan mudah dirampas pihak ketiga yang ingin mendirikan negara yang bertentangan dengan Pancasila.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun