"Kami sedang berada di bawah bayang-bayang rezim yang kriminal. Insiden ini jelas bukan kecelakaan, melainkan sebuah kesengajaan. Pelaku utamanya adalah rezim itu sendiri," tegas Valentin Mubake, mantan sekretaris jenderal partai oposisi Union for Democracy and Social Progress (UPDS), seperti dikutip dari The Guardian, Jumat (14/12/2018).
Ketegangan antara pihak oposisi dengan Rezim berkuasa Kongo, ada kemiripan dengan ketegangan antara oposisi dan Rezim berkuasa di Indonesia saat ini.
Sentimen kekuasaan dan politik begitu tajam, sehingga api kecemburuan terhadap Petahana Jokowi, yang dianggap penuh dengan fasilitas, dan sangat berkemungkinan bisa mengintervensi idependensi KPU. Sentimen ini kalau terus digosok, sangat mungkin akan memicu kericuhan.
Sebagai masyarakat, jelas kita tidak ingin apa yang terjadi di Kongo tidak terjadi di Indonesia. Sebagai negara yang berpenduduk lebih besar, dan memiliki pandangan yang lebih maju, jelas sangat mengharapkan Pemilu yang Damai. Cukuplah peristiwa 1998 menjadi pengalaman pahit bangsa ini.
Kalah dan menang dalam sebuah kontestasi politik, hanyalah bagian dari menjalankan Takdir Tuhan. Senang menerima kemenangan, tidak bersedih menerima kekalahan. Menang dan kalah, keduanya hanyalah soal peruntungan.
Sumber : liputan6.com//theguardian.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H