Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Politik Main Kayu

27 Februari 2019   17:51 Diperbarui: 1 Maret 2019   07:33 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dulu semasa remaja, saya suka berkelahi dengan tangan kosong, kalau saya merasa akan kalah, saya angkat tangan dengan sportif, mengakui saya kalah. Sebaliknya saya sering ketemu lawan yang tidak sportif, tidak mau kalah walaupun sudah kalah, sehingga tidak lagi mau pakai tangan, alias main kayu.

Kalau sudah begitu biasanya saya tidak akan mau melayani, karena duel itu disaksikan teman-teman, maka saya minta mereka untuk mencegahnya. Tapi emang dasarnya tidak sportif, dia tetap keukeuh untuk terus berkelahi, sementara saya tetap tidak ingin kalau main kayu.

Alhasil, dengan modal nekad tetap saya jabanin, meskipun dia sudah main kayu, tapi tetap saja kalah, dan kayu yang dia gunakanlah yang berbalik membuat dia bertekuk lutut. Secara sportif, saya tetap peluk dia dengan ksatria, dan menuntunnya untuk berdiri.

Dari illusrasi diatas, saya ingin mengatakan bahwa, sportivitas itu adalah hal yang Penting dimiliki oleh seorang petarung. Begitu juga dalam pertarungan Politik, ukur kemampuan, pelihara sportivitas, mau mengakui kelebihan lawan.

Berani menerima tantangan secara Politik, harus berani juga bertarung secara sportif, sesuai aturan dan Undang-undang yang berlaku. Memang pertarungan Politik, bukanlah pertarungan fisik, kalaupun main kayu, bukanlah dalam terminologi menggunakan alat.

Politk main kayu lebih dimaknai sebagai berpolitik yang tidak mengutamakan nilai-nilai moral dan sportivitas. Ketika merasa tidak memiliki kekuatan untuk dijadikan senjata, maka menebar fitnah dan berita bohong dijadikan senjata.

Inilah Politik yang saya namakan politik "Main Kayu," karena tidak ingin bertarung Politik secara sportif, sehingga fitnah dan berita bohong pun ditebar untuk menghancurkan lawan. Strategi Politik seperti ini bisa saja meraih kemenangan, namun tidak memiliki nilai.

Bagi yang mendewakan Kekuasaan, Politik itu bukanlah tentang benar dan salah, bermoral atau tidak bermoral, tapi Politik itu adalah tentang Menang atau Kalah. Nah penganut faham seperti inilah yang menguasai perpoliikan Kita dewasa ini.

Kekuasaan adalah Tuhan baru bagi mereka, atas nama Kekuasaan pula mereka sanggup melakukan apa saja, termasuk juga menanggalkan kehormatan mereka. Demi kekuasaan, Tuhan pun bisa mereka permainkan, bahkan dilibatkan dalam berpolitik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun