Sebagai seorang Atheism, Rocky Gerung (RG), boleh saja mengatakan Kita Suci itu fiksi, karena memang sebagai seorang Atheism, dia tidak punya landasan keimanan, dia cuma bertuhan pada akal dan pikirannya. Sebagai seorang Muslim, tidak wajib kita mempercayai ucapannya, karena salah satu rukun Iman adalah percaya kepada kitab suci, sebagai landasan mempercayainya adalah keimanan.
Secara landasan berpikirnya saja sudah berbeda, sebagai sebuah narasi, apa yang dikatakan RG itu cuma enak untuk didengar, tapi tidak untuk dipeecayai, kalau mempercayai pernyataan Kita Suci itu adalah fiksi, maka rusaklah salah satu rukun Iman, rusaknya rukun Iman, maka rusak juga keimanan Kita.
Bisa saja dibilang yang dimaksudkan dengan kitab suci dalam konteks tersebut bukanlah Al Qur'an, tapi memainkan adalah Injil, tapi jangan salah, didalam Injil pun tersadar wahyu Allah yang tidak diubah. Seperti yang dikatakan Tuan Guru Bajang (TGB), yang dilansir Viva.co.id,
"Orang itu lupa dua hal, pertama, Alquran adalah kitab suci, maka ketika disebut kitab suci, Alquran termasuk di dalamnya. Kedua, kesucian Taurat dan Injil dalam pandangan Islam tetap diakui selain bagian-bagian yang diyakini di-tahrif atau di-tabdil, diganti atau dirubah," ujar TGB
"Itu sebabnya para ulama melarang kita untuk melecehkan Injil atau Taurat dengan membuangnya ke tempat sampah misalnya, karena di dalamnya ada nama Allah dan asma-Nya serta firman Allah yang tidak diubah. Bagian yang tidak diubah tentu bukan fiksi karena itu wahyu dari Allah SWT," imbuhnya.
Secara akal dan pikirannya, RG boleh saja berpendapat seperti itu, wajar saja filsup seperti dia memang perlu mempengaruhi orang lain dengan pikirannya, tapi bagi orang yang beriman, tidak mutlak harus mempercayainya.
Kalau kita mempercayai Kitab Suci Itu adalah Fiksi, maka kita mempercayai bahwa wahyu Allah itu hanyalah hasil imajinasi, pertanyaannya adalah hasil imajinasi siapa.? Nah kalau sudah begitu cara berpikirnya, maka runtuhlah dasar-dasar keimanan. Padahal keimanan itu dasarnya keyakinan, percaya atas dasar keberadaan dan kekuasaan-Nya.
Penganut Atheisme tidak mempercayai keberadaan Tuhan, makanya mereka tidak memerlukan Agama. Agama mereka ya akal dan pikirannya sendiri. Kalau mau dikendalikan orang yang tidak bertuhan, jangan bangga hanya dengan cuma mengandalkan teori akal Sehat. Belum tentu juga orang yang tidak bertuhan itu Sehat secara akal.
Polemik seperti ini bukan cuma baru terjadi sekarang menurut TGB, pernah terjadi saat sastrawan terkemuka di Mesir, Thaha Husein, menulis buku berjudul Fi Asy-sy'ril Jahily (Tentang Syair Masa Jahiliyah).
"Mengambil kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail dalam kitab suci, Thaha Husein menyimpulkan bahwa kisah itu 'mutakallafah wa mashnu'ah fii 'ushuurin muta'akhirah da'at ilayha haajatun diiniyyah aw iqtishadiyyah aw siyasiyyah'. Yaitu kisah yang direkayasa dan dibuat-buat di masa belakangan untuk motif keagamaan, ekonomi atau politik," ungkapnya.
Bagi Thaha Husein, kisah Ibrahim dan Ismail dalam Taurat, Injil dan Alquran itu fiksi, imajinatif dan tidak ada landasan sejarahnya alias tidak pernah terjadi. Pernyataan ini menimbulkan kontroversi luar biasa saat itu di Mesir, karena dianggap menggergaji dasar yang paling fundamen dalam agama yaitu keyakinan akan kebenaran wahyu.