Pidato kebangsaan itu haruslah mempunyai bobot dan meyakinkan yang mendengarkannya, karena yang akan dilawan Prabowo itu adalah Jokowi, seorang Petahana yang sudah melakukan apa baru Prabowo katakan. Saat Prabowo baru 'akan' melakukan, sementara Jokowi sudah melakukannya.
Satu dua langkah Jokowi sudah mendahului Prabowo, disaat Prabowo baru akan mulai melangkah, itu pun kalau menang. Pidato kebangsaan itu harus mampu memberikan kepastian, karena menjadi biasa kalau baru berupa Janji. Bukan Cuma saya yang beranggapan, pidato kebangsaan Prabowo masih sebatas memberikan mimpi-mimpi kepada pendukungnya.
Pengamat Politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio menyoroti penggunaan kata 'akan' dalam pidato kebangsaan 'Indonesia Menang' Prabowo Subianto. Menurut dia, tidak seharusnya Prabowo terlalu banyak menggunakan kata 'akan' dalam menyampaikan visi-misinya.
"Prabowo membutuhkan lebih dari sekadar penggunaan 'akan' untuk dapat mengalahkan Jokowi," ujar Hendri, kepada wartawan, Selasa (15/1/2019). (Detik.com)
Jadi wajar kalau Pidato Prabowo terlalu panjang dan membosankan, karena isinya tidak lebih dari sekedar angan-angannya yang selama ini terpendam. Kegagalan demi kegagalan yang dilaluinya, sehingga menyimpan endapan angan-angan yang begitu banyak, sehingga secara substansial, pidato kebangsaan Prabowo hanya patut didengar oleh pendukung militan yang mengelukannya.
Narasi-narasi yang disampaikan Prabowo dalam pidatonya tersebut, sama sekali tidak berdampak pada elektabilitasnya. Karena memang apa yang disampaikan, merupakan pengulangan-pengulangan dari pidato-pidatonya sebelumnya, artinya tidak ada sesuatu yang baru untuk ditawarkan kepada calon pemilihnya, agar tertarik untuk memilih dia.
Seperti juga yang dikatakan Direktur Konsep Indonesia Veri Muhlis Ariefuzzaman, yang saya kutif dari Detik.com, Veri menilai tidak ada pembaruan dalam pidato 'Indonesia Menang' yang disampaikan capres Prabowo Subianto. Prabowo dinilai belum menawarkan solusi konkret atas permasalahan yang ia paparkan.
"Kalau saya melihat pidato itu sama sekali tidak ada yang baru. Itu semacam kumpulan kesimpulan saja dari pernyataan-pernyataan Prabowo selama masa pencapresan. Stressing-nya mungkin ingin menyampaikan kepada publik bahwa negara sedang banyak masalah dan karena itu butuh orang yang bisa membenahinya, lalu ingin mengatakan orang itu adalah dirinya," kata Veri kepada wartawan, Senin (14/1/2019).
Yang lebih kritis lagi adalah tanggapan pengamat ekonomi, Faisal Basri, terkait isi pidato Prabowo tentang swasembada air bersih. Menurut Faisal agak aneh swasembada air bersih, memangnya selama ini kita import air bersih, karena setahu dia air bersih itu adalah kebutuhan masyarakat yang memang dikelola sendiri, yang sumbernya dari air tanah kita sendiri.
Memang agak over dosis narasi yang dikembangkan Prabowo dalam Pidato Kebangsaan tersebut, sehingga menuai kritik dari berbagai pihak, meskipun juga ada sebagian yang mengapresiasi, terutama dari orang-orang yang ada dilingkarannya.
Sekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, menganggap Pidato Prabowo menihilkan prestasi Pemerintahan Jokowi-Jk. Ada 4 point yang menjadi pembahasan Hasto :
1). PDI Perjuangan tidak kaget dengan subtansi Pidato Visi Misi Prabowo Sandi. "Selain melanggar aturan Kampanye, apa yang disampaikan sesuai dengan watak Pak Prabowo: menyerang dan nihilkan prestasi Indonesia. Bayangkan, kalau Asian Games, Asian Para Games, Kemajuan membangun dari pinggiran, dan kehadiran nilai-nilai kemanusiaan dalam kebijakan sosial Pak Jokowi- JK pun terasa dinihilkan. Jadi PDI Perjuangan sudah menduga isinya akan seperti itu. Sebab di mata Pak Prabowo semua adalah kegagalan sesuai pengalamannya sendiri"
2). Dengan demikian pidato  visi misi pun sarat dengan ilusi dan retorika TelePrompter. "Menihilkan prestasi Pak Jokowi dan Pak JK hanya akan mengurangi elektoral Pak Prabowo-Sandi tidak hanya di Jawa dan Sulawesi. Masyarakat Sumatera, Kalimantan, NTT, Papua, dan Indonesia Timur lainnya yang telah merasakan sentuhan kebijakan Pak Jokowi-JK kami pastikan kurang respek dengan pidato retorik-telepromter tsb"
3). Dengan demikian jika pidato visi misi Prabowo-Sandi tersebut dilihat dalam perspektif kemanusiaan, kerakyatan, dan komitmen terhadap apa yang telah dilakukan oleh Pak Prabowo dan Partai Gerindra, maka skornya 3-0 untuk kemenangan Pak Jokowi. "Retorika melawan  berbagai bentuk ketidakadilan itulah yang terus mereka mainkan. Namun PDI Perjuangan meyakini bahwa bicara dengan rakyat adalah bahasa hati; bahasa kepedulian melalui sentuhan kepemimpinan merakyat, bukan sebaliknya"
4). Indonesia dibangun dengan niat baik dan pemikiran positif. Strategi model menyerang justru menjadi arus balik, yang justru malah mengingatkan masa lalu Pak Prabowo. "Hal yang kami apresiasi dari Pidato tsb adalah vokal dan intonasi  Pak Prabowo jauh lebih baik"
"The New Prabowo" yang dijanjikan oleh Sandiaga Uno sebelumnya, ternyata sama sekali belumlah terlihat. Karena memang tidak ada perubahan yang signifikan, baik dalam penampilan, maupun dari segi isi pidato yang disuguhkan. Prabowo masih seperti yang dulu, yang mengebu-gebu dalam berorasi, namun lepas secara Substansi sebuah pidato kebangsaan.
Sumber :Â
1. Dosen Paramadina Sorot 73 Kata 'Akan' di Pidato Kebangsaan Prabowo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H