Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Pidato Kebangsaan Prabowo Baru Sekadar "Akan"

17 Januari 2019   06:11 Diperbarui: 17 Januari 2019   07:05 837
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Tribunews.com

Pidato kebangsaan itu haruslah mempunyai bobot dan meyakinkan yang mendengarkannya, karena yang akan dilawan Prabowo itu adalah Jokowi, seorang Petahana yang sudah melakukan apa baru Prabowo katakan. Saat Prabowo baru 'akan' melakukan, sementara Jokowi sudah melakukannya.

Satu dua langkah Jokowi sudah mendahului Prabowo, disaat Prabowo baru akan mulai melangkah, itu pun kalau menang. Pidato kebangsaan itu harus mampu memberikan kepastian, karena menjadi biasa kalau baru berupa Janji. Bukan Cuma saya yang beranggapan, pidato kebangsaan Prabowo masih sebatas memberikan mimpi-mimpi kepada pendukungnya.

Pengamat Politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio menyoroti penggunaan kata 'akan' dalam pidato kebangsaan 'Indonesia Menang' Prabowo Subianto. Menurut dia, tidak seharusnya Prabowo terlalu banyak menggunakan kata 'akan' dalam menyampaikan visi-misinya.

"Prabowo membutuhkan lebih dari sekadar penggunaan 'akan' untuk dapat mengalahkan Jokowi," ujar Hendri, kepada wartawan, Selasa (15/1/2019). (Detik.com)

Jadi wajar kalau Pidato Prabowo terlalu panjang dan membosankan, karena isinya tidak lebih dari sekedar angan-angannya yang selama ini terpendam. Kegagalan demi kegagalan yang dilaluinya, sehingga menyimpan endapan angan-angan yang begitu banyak, sehingga secara substansial, pidato kebangsaan Prabowo hanya patut didengar oleh pendukung militan yang mengelukannya.

Narasi-narasi yang disampaikan Prabowo dalam pidatonya tersebut, sama sekali tidak berdampak pada elektabilitasnya. Karena memang apa yang disampaikan, merupakan pengulangan-pengulangan dari pidato-pidatonya sebelumnya, artinya tidak ada sesuatu yang baru untuk ditawarkan kepada calon pemilihnya, agar tertarik untuk memilih dia.

Seperti juga yang dikatakan Direktur Konsep Indonesia Veri Muhlis Ariefuzzaman, yang saya kutif dari Detik.com, Veri menilai tidak ada pembaruan dalam pidato 'Indonesia Menang' yang disampaikan capres Prabowo Subianto. Prabowo dinilai belum menawarkan solusi konkret atas permasalahan yang ia paparkan.

"Kalau saya melihat pidato itu sama sekali tidak ada yang baru. Itu semacam kumpulan kesimpulan saja dari pernyataan-pernyataan Prabowo selama masa pencapresan. Stressing-nya mungkin ingin menyampaikan kepada publik bahwa negara sedang banyak masalah dan karena itu butuh orang yang bisa membenahinya, lalu ingin mengatakan orang itu adalah dirinya," kata Veri kepada wartawan, Senin (14/1/2019).

Yang lebih kritis lagi adalah tanggapan pengamat ekonomi, Faisal Basri, terkait isi pidato Prabowo tentang swasembada air bersih. Menurut Faisal agak aneh swasembada air bersih, memangnya selama ini kita import air bersih, karena setahu dia air bersih itu adalah kebutuhan masyarakat yang memang dikelola sendiri, yang sumbernya dari air tanah kita sendiri.

Memang agak over dosis narasi yang dikembangkan Prabowo dalam Pidato Kebangsaan tersebut, sehingga menuai kritik dari berbagai pihak, meskipun juga ada sebagian yang mengapresiasi, terutama dari orang-orang yang ada dilingkarannya.

Sekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, menganggap Pidato Prabowo menihilkan prestasi Pemerintahan Jokowi-Jk. Ada 4 point yang menjadi pembahasan Hasto :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun