Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Ketika Sandi Ingin Berkompetisi dengan Nabi

8 Desember 2018   08:16 Diperbarui: 8 Desember 2018   08:48 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto : Tribunews.com

Yang namanya Nabi itu adalah manusia pilihan Tuhan. Menjadi Nabi itu takdir hidup, karena diberikan kelebihan, bukan sekedar terlahir karena memiliki kelebihan, tapi sengaja "Diberikan" Tuhan kelebihan, makanya menjadi manusia pilihan.

Apakah manusia selain  Nabi diberikan kelebihan.? Pastinya begitu, bedanya dengan Nabi hanya tidak menjadi manusia pilihan Tuhan. Sama-sama memiliki kelebihan, namun kelebihannya tidak sama dengan Nabi. Kelebihannya itulah yang tidak bisa dikalahkan oleh manusia.

Kalau Sandiaga bisa lebih hebat dari Nabi Yusuf, dalam mengatasi krisis ekonomi, tentunya hal itu bisa disebutkan "Takabur." Mungkin Sandiaga harus menggali lagi kebenaran cerita tentang Nabi Yusuf tersebut, karena cerita sesungguhnya, Nabi Yusuf mensiasti krisis yang akan terjadi, bukan mengatasi krisis yang sedang terjadi.

Menurut cerita Sandiaga, Nabi Yusuf perlu waktu 7 Tahun untuk mengatasi krisis ekonomi dijamannya, Sandiaga cuma butuh waktu 3 tahun untuk mengtasinya. Disini jelas, Sandiaga sudah mengukur kemampuannya lebih daripada Nabi Yusuf, padahal yang namanya Nabi selalu diberi petunjuk Allah, sesuai dengan kenabiannya.

Ingat, yang dekat dengan janji itu adalah kebohongan, ingkar. Manusia ada kecenderungan untuk ingkar terhadap janji, apalagi yang dijanjikan tidak realistis. 

Manusia tidak punya kemampuan untuk mendahulukan Kehendak Tuhan, manusia sangat tergantung kepada ketentuan Tuhan, apapun yang direncanakan manusia, tanpa diridhoi Tuhan, tidak akan terlaksana.

Berikhtiar untuk meraih kemenangan itu adalah hak yang tidak bisa diganggu gugat, tapi Cara meraih kemenangan juga sangat menentukan bisa atau tidaknya untuk menang. Bagaimana may menang, kalau belum apa-apa sudah merasa hebat, dan mengabaikan kekuasaan dan peranan Tuhan.

Berkompetisi dengan Nabi, jelas manifestasi dari sikap yang arogan. Merasa bisa lebih hebat dari Nabi, padahal fitrah manusia hanyalah sebatas perencana, bukanlah penentu suatu keberhasilan sebuah rencana. Jangan sampai napsu untuk menang mengalahkan akal Sehat, sehingga lupa kalau Allah itu Maha Berkuasa. DIA lah yang berhak menentukan Sandiaga bisa atau tidaknya menyelesaikan krisis ekonomi nantinya.

Janjikanlah sesuatu yang sangat mungkin untuk dicapai, bukan yang muluk-muluk, namun diluar batas kemampuan. Menang atau Kalah itu takdir yang tidak bisa dielak. Bekerja keras tidak memastikan sebuah keberhasilan. Tanpa Ridho-Nya manusia tidak bisa apa-apa dalam mencapai keinginan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun