Setelah Touring Window Shopping untuk mencari ide, akhirnya balik ke kamar tidur juga sambil ngadem. Jadi ingat diskusi kecil tentang kualitas film Indonesia, yang digelar oleh kelompok kecil Diskusi Film Indonesia, di sebuah kafe kecil di sekitar Cikini Raya.
Ini kelompok terbilang unik, karena serba kecil. Postur tubuh orang yang menghadiri diskusi kecil-kecil, termasuk juga saya. Makanan yang tersedia juga cuma makanan kecil, makanya saya menyebutnya kelompok kecil, jumlah yang hadir juga cuma 4 orang.. Yah serba kecil deh.
Sam membuka pembicaraan dengan mempermasalahkan kualitas film.
"Jun menurut lo apa yang membuat filmnya Hanung "Sultan Agung" jeblok di pasaran. Secara kualitas penggarapannya okey. Secara Cinematography juga gak ada kurangnya.."
"Sam..film kalo ngomong kualitas..film Joko Anwar "Pengabdi Setan" juga kualitasnya bagus..secara Cinematography juga bagus..dan Sukses di pasaran..lo harus cari lagi definisi kualitas selain arti bakunya "mutu."
SI Jack yang tadinya cuma diam, akhirnya ikut nimbrung membahas definisi kualitas.
"Jun..maksud lo ada definisi lain dari kualitas..menurut gue.. definisi kualitas itu selamanya akan tetap sama..yang beda itu persepsi seseorang terhadap makna kualitas itu sendiri."
"Ya iyalah Jack.. acuan melihat sebuah kualitas itu dari banyaknya Penonton..ya artinya tolok ukurnya kesuksesan dalam meraih penonton yang jadi acuan menilai Kualitas.."
"Gini deh..film Garin kurang berkualitas apa lagi..juara festival di mana-mana..tapi penayangannya di Bioskop jeblok juga..itu artinya..ukuran kualitas film Garin berdasarkan tolok ukur penilaian juri..bukan selera penonton.." Sam kembali menimpali.
Akhirnya saya coba nimbrung juga untuk urun pendapat.
"Gue setuju dengan apa yang dikatakan Jack.. definisi kualitas itu tidak berubah. Akan tetap sama selamanya. Yang harus diubah itu persepsi masyarakat tentang makna kualitas itu. Caranya, kita ajak para sineas kita membuat film yang bermutu dengan kualitas tinggi, tapi juga tidak melupakan aspek komersialnya agar tetap disukai penonton.."
"Okey..gue setuju dengan pendapat lo jie..persoalannya..emang lo bisa dikte sineas kita untuk ngikutin saran lo..emang mereka tidak punya treatment sendiri tentang membuat film yang bermutu dan disukai penonton..tetap aja persoalannya persepsi..emang persepsi para sineas itu mau disamakan dengan persepsi penonton.."
"Ya harus berbesar hati..berjiwa besar untuk menyelami selera dan kebutuhan mereka..toh mereka adalah pasar film yang kita produksi.."
"Kesimpulannya apa nih..acuan kualitas dan berkualitas itu apa.."
Jun menutup pertanyaan yang tak terjawab, diskusipun bubar jalan akhirnya..menyisakan hal-hal kecil yang terus menjadi permasalahan besar.
Gitu deh ceritanya hasil diskusi kelompok kecil Diskusi Film Indonesia yang serba kecil kemarin malam. Tetap saja definisi kualitas film Indonesia itu mengambang, beda dengan film-film asing peraih Oscar, yang sukses di festival, juga sukses di penayangannya.
Harusnya definisi kualitas sebuah film itu memang seperti itu, memenuhi persyaratan dalam berbagai aspek, dan sukses dalam menyedot penonton di Bioskop. Anda setuju?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H