Rindu yang memagut kuat usia yang mulai senja, mendesak saya untuk melangkahkan kaki ke kota kelahiran. Tanpa diduga, ternyata di kota ini para budayawan, yang juga teman-teman seperjuangan, sedang berusaha memprakarsai berdirinya sebuah Museum Bioskop yang berisi artefak jejak sejarah budaya Bioskop yang pernah digandrungi pada jamannya.
Jujur, hati in terkesima ketika menyaksikan artefak-artefak sejarah Bioskop yang dimiliki rekan Harkopo Lie, seseorang WNI keturunan Tionghoa, yang mempunyai naluri menghimpun artefak-artefak Bioskop yang dimilikinya.
Lebih dari itu, sebagai keturunan Tionghoa, Harkopo Lie, yang biasanya lebih kuat naluri keekonomiannya, namun kini menumbuhkan kesadarannya terhadap pentingnya sebuah aset kebudayaan
Museum Bioskop yang juga terintegrasi dengan Tempoa Art Gallery, beralamat di Jl. Tempoa II Jelutung No. 21, Kota Jambi, ini kian santer terdengar, utamanya bagi publik seni di Kota Jambi, dan bahkan secara nasional mulai menjadi buah bibir.
Kunjungan saya kemarin, sekaligus menghadiri Seminar Bioskop yang di prakarsai oleh Fakultas Seni Rupa Institut Kesenian Jakarta (IKJ), yang dilaksanakan di Tempoa Art Gallery (21/11/2018).
Kalau saja Museum Bioskop ini bisa dikemas sebaik mungkin, bukan dengan citra Museum pada umumnya, maka Museum Jambi akan memiliki daya tarik tersendiri, bisa menyediakan titik-titik spot yang menarik sebagai objek photography, dengan latar artefak-artefak yang tersedia.
Museum ini belumlah ditata sedemikian Rupa, sangat diharapkan, museum ini Akan ditata tidak seperti museum pada umumnya, tapi lebih mengutamakan sisi entertaining nya, sehingga menarik minat masyarakat untuk mengunjunginya, namun karena keterbatasan biaya, maka sementara masih apa adanya.