Mematut untuk memantaskan apa yang tidak pantas dilakukan itu adalah keharusan. Patutlah mematut diri, bercermin agar tahu siapa diri ini, apa yang patut dilakukan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, agar tidak menjadi oportunis yang mengembara diberbagai profesi tanpa kemampuan yang mumpuni.
Itu hal yang tidak akan Saya lakukan, tidak ingin terjun ke Politik praktis meskipun peluangnya cukup terbuka. Namun secara mental dan naluriah tempat saya bukan disana, kalau saya paksakan akibatnya hanya akan menjadi politisi oportunistik, yang cuma mencari peluang untuk hidup, bukan lagi hidup untuk Politik.
Dunia digital itu memudahkan bagi setiap orang untuk menyerap berbagai pengetahuan. Selama mau menggunakan akal Sehat, untuk mencerna apa yang patut dan tidak patut untuk dicerna.
Mematut diri untuk menyerap pengetahuan dengan landasan pemikiran yang mengendap didalam diri, sehingga tahu apa yang patut dipetik dan apa yang tidak patut ditinggalkan.
Dunia tidak sempit bagi manusia yang berakal. Dunia tidak sempit bagi manusia yang berpikir tidak sempit. Karena Tuhan menciptakan Dunia beserta isinya untuk kemaslahatan manusia, untuk manusia mengambil dan berbuat kebaikan, memberikan manfaat bagi sesama.Â
Ketika dunia dipandang secara sempit, maka sempitlah dunia bagi yang memandangnya, maka sempitlah ruang pikir akalnya. inilah yang sedang terjadi dewasa ini, ketidakmampuan mematut diri, namun dengan mudah menilai dan menista orang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H