Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Orang yang Lebih Hina dari Dirimu

22 Oktober 2018   23:30 Diperbarui: 22 Oktober 2018   23:33 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang santri sebut saja namanya Tarji, yang sudah dianggap lulus dari sebuah pondok pesantren disebuah desa. Tarji menghadap guru sepuhnya Mbah Kyai Mahbub, untuk pamit meninggalkan pesantren, ingin mengabdikan ilmunya dimasyarakat. Sebelum meninggalkan pesantren,

"Mbah yai..saya mau pamit..apakah yai ijinkan saya untuk meninggalkan pesantren.."

"Boleh ji..tapi ada satu syarat.."

"Apa itu syaratnya yai..In Shaa Allah saya akan penuhi.."

"Tolong kamu carikan satu orang saja yang lebih hina dari kamu..kalau kamu sudah dapat..bawa dia kemari.."

"Siap yai..kalau saya sudah bawa ke ya saya boleh meninggalkan pesantren yai.."
"Iya..artinya kamu sudah memeunuhi persyaratan untuk meninggal pesantren.."
"Siap yai..saya akan segera carikan.."

Tarji pun pamit pada Kyai Mahbub, dengan mencium tangannya terus pamit. Dengan perasaan senang Tarji pun meninggalkan halaman pesantren. Tarji menuju kesebuah pasar didesa perbatasan dengan pesantren.

Disebuah sudut pasar, Tarji melihat seorang pemabuk yang sedang menyeracau, ditangannya ada sebuah botol minuman. Pakaiannya lusuh dan kumal, wajah pemabuk itu pun sangat menyeramkan. Tarji terpikirkan untuk membawa pemabuk tersebut kehadapan mbah Kyai, dalam bisik pikirannya,

"Wah ini orang yang paling hina dibandingkan diriku, diakan pemabuk yang sehari-harinya kerjanya cuma mabuk..pastila dia lebih hina dariku"

Namun Tarji masih mengurungkan niatnya, ia ingat pesan kyai Mahbub, "sehina-hina seorang kalau Allah mau memberikan Hidayah, bisa saja dimuliakan-Nya, sebaliknya juga begitu, semulia-mulianya seseorang, kalau Allah mau hinakan, semudah membalikkan telapak tangan."

Akhirnya Tarji membatalkan niatnya untuk membawa sipemabuk itu, Tarji kembali menyusuri jalan-jalan dikampung, tidak satu pun dia melihat ada yang lebih hina dari dia. Hampir putus asa Tarji, namun disebuah persimpangan jalan, dia melihat seekor anjing yang sangat busuk, penuh dengan koreng, sehingga terlihat begitu Hina.

Lagi-lagi Tarji berpikir didalam hati, apakah betul anjing ini lebih hina dari dirinya. Sementara pesan Kyai adalah orang, bukan binatang. Dalam keputus-asaannya Tarji berpikir untuk pulang saja kepesantren menghadap Kyai Mahbub. Sesampai di Pesantren Tarji menghadap Kyai Mahbub,

"Maaf..yai..saya tidak menemukan orang yang lebih hina dari saya, sayalah yang Paling Hina, yang sudah menganggap diri saya sudah lebih baik dari orang lain.."

"Hahahahahaha...Tarji kamu boleh meninggalkan pesantren, itu artinya kamu sadar bahwa ilmu yang kamu miliki bukanlah untuk dianggap kamu lebih mulia dari orang lain.."

Dengan terkaget-kaget Tarji langsung mencium tangan Kyai Mahbub..

"Terima kasih yai..Saya akan selalu ingat bahwa sayalah orang yang Paling Hina..terima kasih yai..

Tarji pun meninggalkan pesantren tersebut dengan perasaan senang, karena pengakuan dan Ridho Kyai Mahbub sangat meringankan langkahnya, until mengabdi dikampung halamannya.

Demikianlah cerita ini saya tulis berdasarkan esensi dari cerita yang inspiratif ini. Kisah inspiratif ini pernah saya baca disebuah laman Facebook seorang sahabat, nama tokoh diceritakan ini mungkin berbeda dengan cerita aslinya, karena saya tidak mengingat nama tokohnya, tapi lebih mengingat ispirasi yang disampaikan. Semoga cerita ini bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun