Seorang santri sebut saja namanya Tarji, yang sudah dianggap lulus dari sebuah pondok pesantren disebuah desa. Tarji menghadap guru sepuhnya Mbah Kyai Mahbub, untuk pamit meninggalkan pesantren, ingin mengabdikan ilmunya dimasyarakat. Sebelum meninggalkan pesantren,
"Mbah yai..saya mau pamit..apakah yai ijinkan saya untuk meninggalkan pesantren.."
"Boleh ji..tapi ada satu syarat.."
"Apa itu syaratnya yai..In Shaa Allah saya akan penuhi.."
"Tolong kamu carikan satu orang saja yang lebih hina dari kamu..kalau kamu sudah dapat..bawa dia kemari.."
"Siap yai..kalau saya sudah bawa ke ya saya boleh meninggalkan pesantren yai.."
"Iya..artinya kamu sudah memeunuhi persyaratan untuk meninggal pesantren.."
"Siap yai..saya akan segera carikan.."
Tarji pun pamit pada Kyai Mahbub, dengan mencium tangannya terus pamit. Dengan perasaan senang Tarji pun meninggalkan halaman pesantren. Tarji menuju kesebuah pasar didesa perbatasan dengan pesantren.
Disebuah sudut pasar, Tarji melihat seorang pemabuk yang sedang menyeracau, ditangannya ada sebuah botol minuman. Pakaiannya lusuh dan kumal, wajah pemabuk itu pun sangat menyeramkan. Tarji terpikirkan untuk membawa pemabuk tersebut kehadapan mbah Kyai, dalam bisik pikirannya,
"Wah ini orang yang paling hina dibandingkan diriku, diakan pemabuk yang sehari-harinya kerjanya cuma mabuk..pastila dia lebih hina dariku"
Namun Tarji masih mengurungkan niatnya, ia ingat pesan kyai Mahbub, "sehina-hina seorang kalau Allah mau memberikan Hidayah, bisa saja dimuliakan-Nya, sebaliknya juga begitu, semulia-mulianya seseorang, kalau Allah mau hinakan, semudah membalikkan telapak tangan."
Akhirnya Tarji membatalkan niatnya untuk membawa sipemabuk itu, Tarji kembali menyusuri jalan-jalan dikampung, tidak satu pun dia melihat ada yang lebih hina dari dia. Hampir putus asa Tarji, namun disebuah persimpangan jalan, dia melihat seekor anjing yang sangat busuk, penuh dengan koreng, sehingga terlihat begitu Hina.