Menciptakan dan mempersepsikan juga membangun narasi ketakutan, itu adalah sebuah strategi yang boleh dirancang oleh semua orang, apa lagi dalam konteks Kontestasi Pilpres. Hanya saja seberapa efektifkah strategi tersebut bisa diterapkan.
Masyarakat yang tidak melek secara Politik mungkin akan mudah menerima persepsi bahwa keadaan sedang kacau, negara sedang diambang kebangkrutan dan sebagainya. Ujung-ujungnya dari pernyataan-pernyataan tersebut pastinya, akulah juru selamat, superhero yang memperbaiki keadaan tersebut.
Narasi inilah yang sedang dibangun Prabowo dalam setiap kampanye, betapa kagumnya dia dengan Trump, dan dia ingin seperti Trump memenangkan Pilpres Amerika, bahkan diapun mengadobsi Tekhnik Propaganda ala Rusia yang digunakan Konsultan Politik Trump.
Kalau Trump memiliki jargon Politik, 'Make America Great Again,' maka Prabowo pun sama dengan Trump yakni, 'Make Indonesia Great Again.' Sah-sah saja Prabowo mau seperti Trump, atau mau seperti Soekarno, atau Juga mau seperti siapapun, persoalannya kalau sudah begitu Prabowonya Mana.?
Kenapa Prabowo tidak membangun persepsi masyarakat bahwa Prabowo is Prabowo, tidak seperti siapapun. Ini gagasan orisinil Prabowo, bukan gagasan Trump atau siapapun. Seorang calon pemimpin harus memiliki Personality yang kuat, yang mencitrakan dirinya sendiri bukan citra orang lain.
Ketika Prabowo membangun Image dengan menjadi seperti Trump, seperti Soekarno, maka Branding Image Prabowo sendiri tenggelam ke dasar lautan. Orang hanya melihat sosok Prabowo sebagai sosok orang lain, yang miskin gagasan, yang tidak memiliki sosok tokoh yang berkepribadian.
Kembali ke soal strategi Prabowo membangun ketakutan, membangun persepsi masyarakat terhadap situasi negara yang semakin tambah miskin, hanya karena nilai Rupiah yang turun, Indonesia yang SDAnya dikuasai asing. Benarkah persepsi itu.? Sesuaikah dengan kenyataan.?
Pada level masyarakat yang berpikir kritis, persepsi yang dibangun Prabowo itu sangat mudah dipatahkan oleh realita yang ada. SDA yang katanya dikuasi asing, secara perlahan sudah kembali kepangkuan ibu pertiwi, turunnya nilai Rupiah pada kenyataannya tidak terlalu berpengaruh besar terhadap kestabilan ekonomi.
Pertanyaannya, masih efektifkah pola kampanye Prabowo tersebut, seberapa besar memberikan pengaruh pada persepsi masyarakat terhadap Petahana Jokowi. Apakah ada Jaminan Prabowo bisa jadi Superhero penyelamat keadaan Indonesia, hanya karena prestasi yang dikemukakan oleh Mardani Ali Sera, sebagai orang Pertama di Asia tenggara mencapai puncak Mount Everest.?
Tentu tidak ada relevansinya, antara Kepemimpinan dengan kemampuan mendaki Puncak Mount Everest. Sekalipun kalau benar Prabowo pernah mencapai puncak Mount Everest, pada kenyataannya Prabowo tidak pernah memiliki prestasi tersebut.
Haruslah realistis, mau menggunakan Cara apapun untuk mencapai kemenangan. Tetap Istiqomah, tidak melakukan sesuatu diluar batas kemampuan. Yang tertpenting, Prabowo harus membangun image sebagai seorang Prabowo, bukan sebagai orang lain, dan seperti orang lain.