Benarlah kalau dikatakan Politik itu Seni Kemungkinan, karena semua hal yang tidak mungkin, dalam politik bisa menjadi mungkin, yang tidak ada bisa diadakan, dan yang kurang pun bisa dilebih-lebihkan. Begitulah karakteristik manusia Politik.
Manusia tanpa akal budi membiarkan diri menjadi robot, dimanfaatkan untuk mendulang suara. Nalar tertinggal dalam kemiskinan budi pekerti, kemiskinan nurani, rela terpisah hanya karena pilihan yang tidak masuk akal.
Terpisah karena istilah, bergerak hanya karena perintah. Inilah manusia yang hidup dalam kalkulasi untung rugi, membutakan mata dan hati hanya untuk kepentingan sesaat. Menciptakan kebohongan semata untuk amunisi kepentingan Kekuasaan.
Panggung Kekuasaan menjadi berhala, Â cenderung menghilangkan Kekuasaan dan keberadaan Yang Maha Agung. Memanfaatkan manusia disekelilingnya hanya untuk melindungi Kekuasaannya. Sejatinya dia telah kehilangan wujud aslinya sebagai mahluk yang penuh fitrah, sehingga mudah menciptakan fitnah.
Hidup seperti mesin yang mudah dikendalikan, seperti robot yang mudah digerakkan. Manusia tanpa jiwa dan akal, sehingga menisbikan kesejatiannya sebagai manusia. Lantas apa bedanya dengan mahluk ciptaan-Nya yang tanpa akal, yang cuma mengandalkan nafsu semata.
Ini jaman paceklik, paceklik tanaman kemanusiaan dan kebaikan. Tanaman kebohongan terus dituai, tanaman kebaikan tanpa pernah disemai. Sehingga yang tumbuh subur hanyalah kejahatan tanpa moral. Oral diumbar diatas mimbar hanya untuk menciptakan berbagai kebohongan.
Kita kembali kejaman jahiliyah yang tanpa prikemanusiaan. Landasan bernegara diabaikan, landasan keimanan pun sama nasibnya. Hidup ditengah-tengah keangkaramurkaan, sehingga musibah dan bencana bertubi-tubi dihadapi. Hidup tanpa orientasi, hidup semata untuk hidup tanpa tujuan yang pasti.
Kita sudah dikepung musibah dan bencana, semua hanya tinggal menghitung waktu kedatangannya. Namun kita hanya sibuk dengan ketidakjelasan tujuan, menjadi robot-robot yang dikendalikan manusia tanpa akal budi, yang berambisi pada Kekuasaan.
Lihatlah kenaifan Laku manusia Politik, yang hanya berpikir mengutak-atik taktik, untuk membunuh Karakter lawan lewat berbagai rekayasa kebohongan. Menang secara salah sudah dianggap sah, kalah dengan telak tidak bisa diterima. Tidak berkenan mengukur kemampuan, tetap mencari amunisi untuk mengalahkan lawan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H