Polemik soal posisi DKI 2 tidak pernah menganggap keberadaan Anies Baswedan. Entah etika seperti apa yang diperlihatkan Gerindra dan PKS.Â
Padahal secara etika harusnya Anies Baswedan harus dilibatkan dalam menentukan siapa Wakil Gubernur DKI Jakarta, pengganti Sandiaga Uno, karena nantinya yang merasakan efeknya secara langsung dari kinerja Wagub DKI adalah Anies Baswedan sendiri.
Alangkah baiknya kalau posisi tersebut diambil dari Birokrat karir yang ada dilingkungan Pemprov DKI. Kalaupun tetap dari kader Partai, mestinya kader Partai yang pernah menjadi Birokrat. Anies Baswedan harus didampingi orang sekelas Birokrat karir, yang paham setiap persoalan DKI Jakarta.
Mungkin saja Gerindra tidak ingin dianggap melepaskan anak dipangkuan, hanya karena ingin menyusui anak beruk, dengan memilih Mohammad Taufik (MT), sebagai Wagub DKI, namun harus diperhitungkan Juga, anak yang seperti apa dulu yang patut tidak dilepaskan, kalau Bangor dan bakal mempermalukan Prabowo, ya kenapa gak dilepaskan. Ibaratnya lebih baik menyusui anak beruk, anak dipangkuan ya dilepaskan.
Sudah hampir 1 Tahun Anies Baswedan memimpin DKI Jakarta, belum ada sesuatu yang signifikan terlihat hasil kerjanya.Â
Tanah abang semakin semrawut, kali-kali yang biasanya bersih sekarang semakin Kotor. Anies butuh seorang wakil yang Juga seorang pekerja lapangan, bukanlah butuh type politisi yang cuma bekerja dari belakang meja.
Politisi sekelas MT tidak akan mampu memegang posisi jabatan DKI 2, karena MT typikal politisi yang lebih senang bekerja dari belakang meja, bukan type orang yang mau bekerja keras secara all out, dari Karakter dan pembawaannya saja sudah terlihat lamban.
Gerindra harus berpikir keras untuk mengisi posisi yang ditinggalkan Sandiaga Uno. Cara yang paling mudah bagi Gerindra adalah, mengajak Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan ikut memilih siapa yang sebaiknya menjadi wakilnya. Biarkan Anies memilih, dan Partai nantinya yang menentukan.
Harusnya Anies lebih tahu siapa yang patut mendampinginya, dengan pertimbangan keselarasan dan Kesatuan visi. Â
Kalau ujug-ujug Partai yang memilih dan Anies hanya tinggal menerima, itu artinya Gerindra arogan, tidak sama sekali memperhitungkan keberadaan Anies Baswedan.Â
Alangkah bijaksananya jika Anies Baswedan dilibatkan juga dalam menentukan siapa yang layak mengisi posisi DKI 2.