Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tenda 15 Miliar untuk Presiden

21 Januari 2014   19:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:36 722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Untuk apa tenda seharga lima belas milyar

Kunjungan presiden kelokasi bencana hanyalah sebentar

anggaran belanja negara janganlah diumbar

karena dilokasi bencana masih banyak yang lapar

tanpa tenda presiden bisa merasakan penderitaan yang tergelar

.

Ini bencana bung..bukanlah tempat suka cita

inilah saatnya presiden ikut merasakan duka cita

para korban bencana..

presiden tidak perlu karpet merah..juga tidak perlu

sambutan yang meriah

.

Kunjungan kelokasi bencana tidaklah sama dengan

peresmian Mega proyek yang para raksasa

untuk apa tenda mewah yang hanya memberikan jarak

dan kelas sosial antara pemimpin dan rakyat

pada akhirnya hanya kalian yang menikmati

semua fasilitas anggaran yang dikeluarkan negara..

.

Presiden juga rakyat biasa jangan bedakan dengan rakyatnya

aku sangat yakin..presiden tidak butuh tenda itu

lima belas milyar lebih berarti bagi korban bencana

ketimbang bagi presiden yang sangat bersahaja

biarkan presiden melihat dan merasakan derita rakyatnya

jangan pisahkan dengan tenda...

.

Tidak selalu presiden harus disanjung saat berkunjung

presiden juga harus merasakan derita yang merundung

presiden harus diperlakukan biasa saja

agar presiden juga bisa merasakan jadi rakyat biasa..

.

Untuk apa tenda Vip seharga lima belas milyar

kalau rakyat yang dikunjung dirundung derita dan lapar

simpan saja uang lima belas milyar

ajarkan keprihatinan pada rakyat yang memang

sudah bersahabat dengan keprihatinan

Kedatangan presiden janganlah menambah derita rakyatnya

.

Jakarta, Januari 2014

salam Ajinatha

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun