Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Lidah Lingkar Istana

28 Januari 2014   09:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:23 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_318927" align="aligncenter" width="579" caption="Ilustrasi/ Admin (shutterstock)"][/caption]

Lidah sudah menjadi tangan dan kaki lingkar istana menyosor menari kesana kemari mengikuti irama serta titah petatah petitih penghuni istana karena tidak lagi berfungsi mencecap rasa rasa pun mati hati pun sudah sampai ajalnya. . Tarian lidah lingkar istana menggeliat mempesona kadang memanjang menjulur tanpa malu menjilati pilar pilar dan dinding istana diselingi tawa para penggawa . Pada hati yang sudah sampai ajalnya pada lidah yang pula mati rasa nyawa pun hilang tak lagi terbilang terasa hidup namun mati rasa jiwa jiwa tidak lagi ada didalam raga . Lidah lidah lingkar istana terus mencari mangsa menutup telinga membutakan mata tiap kata terucap adalah ular berbisa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun