Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sektor Pangan, "Hidup Matinya Bangsa Ini"

27 Juli 2012   08:14 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:33 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Di Jaman Pemerintahan Soekarno juga Soeharto, sektor pangan ini ditempatkan pada urutan pertama dalam prioritas kerja pemerintah. Sektor Pangan menjadi titik sentral perhatian pemerintah, sektor pangan adalah sesuatu yang teramat penting karena menyangkut Mati dan Hidupnya Bangsa ini. Begitulah Bung Karno mengartikan betapa pentingnya sektor pangan ini.

Sebagai negara yang agraris sudah semestinya pemerintah menempatkan Sektor Pangan menjadi prioritas utama, meningkatkan sektor industri pertanian dan membangun ekonomi kerakyatan yang berbasis pada kemampuan sumber daya alam, untuk menjaga stabilitas dan ketahanan kebutuhan pangan. Tapi pada kenyataannya, setelah pemerintahan Soekarno dan Soeharto, Sektor Pangan tidak lagi menjadi titik perhatian pemerintah.

Seperti yang diungkapkan Koordinator Nasional Untuk Desa Sejahtera, Tejo Wahyu Jatmiko dimana menurutnya sektor pangan (pertanian) saat ini hanya jadi fokus nomor 5 pembangunan Indonesia.

"Padahal negara-negara lain menyadari ancaman krisis pangan sudah di depan mata, tapi negara kita malah fokus ke sektor lain, apalagi sektor pertanian dijadikan nomor 5 pembangunan Indonesia. Padahal waktu zaman Presiden Soekarno, ditetapkan sektor pangan adalah sektor nomor satu, sektor hidup matinya bangsa Indonesia," kata Tejo diacara presfektif Indonesia, di Gedung DPD RI, Jumat (27/7/2012).(Detik finance)

Setiap ada permasalahan yang menyangkut kebutuhan pangan, terutama kebutuhan Sembilan Bahan pokok, yang memang menjadi kebutuhan utama masyarakat, pemerintah hanya bisa memberi solusi untuk mengatasi kesulitan sesaat, bukanlah solusi jangka panjang. Sehingga persoalan seperti itu terus saja berulang, dan solusi yang ditawarkan masih tetap seperti biasanya.

Seperti sekarang ini, harga sembako naik menjelang Ramadhan dan Idul Fitri. Yang dilakukan pemerintahan hanyalah membuat pasar yang menjual sembako murah, bukannya mengendalikan harga pasar. Selebihnya memberikan subsidi dan membebaskan beban bea masuk terhadap barang kebutuhan pokok yang diimport, diharapkan dengan begitu bisa menjaga stabilitas harga.

Solusi seperti tersebut diatas bukanlah solusi mengatasi kesulitan untuk jangka panjang, kalau hanya sekedar memberikan solusi seperti itu, mungkin kita tidak perlu menempatkan pejabat pemerintah yang pintar-pintar. Yang dibutuhkan masyarakat sekarang ini adalah, solusi yang bisa memberikan kesejahteraan pada masyarakat, dimana solusi yang diberikan mampu membebaskan kesulitan masyarakat dari semua kebutuhan pangan, dan demikian mereka bisa mensejahterakan diri dari solusi yang diberikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun