Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Rasa Kemanusiaan" yang Hilang..

8 Juli 2012   13:48 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:10 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="620" caption="foto : Kompas.com"][/caption] Bukan saja pemerintah yang tidak bisa mengimplementasikan makna Pancasila, sebagian besar masyarakat kita pun sudah tidak lagi bisa mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Betapa Sila Kemanusiaan dalam Pancasila tidak lagi kita hayati sebagai penerapan saling mengasihi antar sesama manusia. Begitu mudah kita diadu domba oleh persoalan yang hanya sepele, tidak lagi merasa bersaudara satu sama lainnya. Begitu mudah kita mengambil Hak Tuhan dalam mencabut nyawa manusia. Seorang Supir Taksi express harus meregang nyawa dan akhirnya meninggal, hanya karena persoalan sepele. Peristiwa ini terjadi beberapa hari yang lalu, di Jalan Tambak, Jakarta Pusat. Ceritanya, supir taksi tanpa disengaja menyenggol anak-anak muda yang sedang mengatur kendaraan dijalan, diluar dugaan supir taksi tersebut di dikejar oleh anak-anak muda tersebut, lalu digebukin sampai babak belur dengan menggunakan balok, sehingga supir taksi tersebut sekarat tidak sadarkan diri. Tidak berapa lama dirumah sakit, supir itu pun menghembuskan nafas terakhirnya. Melihat peristiwa diatas, penghakiman massa seperti ini seringkali terjadi, ini salah satu ekse dari tidak tegaknya hukum, dan kurang sigapnya parat keamanan dalam mengamankan masyarakat. Peristiwa penghakiman massa seperti ini sudah sering kita dengar dan kita saksikan, tapi kejadian seperti ini terus berulang terjadi. Apa yang menyebabkan anak-anak muda kita begitu mudah menjadi beringas, dan kurang memahami nilai-nilai kemanusiaan, adakah ini kaitannya dengan Pendidikan dan tanggung jawab orang tua. Bisa membunuh orang lain dengan cara-cara brutal dipersepsikan sebagai sikap heroik dikalangan mereka, padahal mereka berani melakukan itu karena beramai-ramai. Tidak ada resiko dalam pemikiran mereka, melampiaskan kemarahan seperti menjadi keharusan. Yang lebih miris lagi baru saja terjadi di daerah Sulawesi Selatan, seperti yang diberitakan Kompas.com. RA (32), Ibu rumah tangga yang dihakimi massa dengan tudingan mencuri salah satu pasar tradisional di Bone, Sabtu (7/7/2012) malam lalu, ternyata belum terbukti melakukan perbuatan kriminal. Hal itu berdasarkan hasil penyelidikan sementara yang dilakukan Kepolisian Sektor Tanete Riattang. Ibu dengan empat orang anak ini, di gebukin sampai babak belur secara massal, dicukur rambutnya yang panjang, lalu diikat ditiang jemuran dari malah sampai subuh, padahal dia baru diduga akan mencongkel warung, dan belum bisa dibuktikan dia sudah mencuri. Bisa dibayangkan kalau diketahui dia mencuri, bisa-bisa ibu empat anak ini sudah hilang nyawanya. Sementara massa yang sudah menganiayanya tidak pernah mau tahu apa yang menyebabkan dia mencuri, apakah tidak ada Tokoh masyarakat yang bisa menengahi persolan tersebut, apakah kita memang sudah kehilangan tokoh panutan dan disegani, sehingga perbuatan aniaya tidak lagi dianggap perbuatan yang berdosa. Dua illustrasi diatas barulah sebagian kecil dari beberapa kejadian besar Amuk Massa, yang dengan sangat mudah menghilangkan nyawa manusia hanya karena tidak mampu mengendalikan Amarah. Amarah satu oranglah yang kadang-kadang menghasut orang lain untuk ikut marah, lalu terjadilah amarah secara massa. amarah Secara massa inilah yang seringkali menjadi bencana. Ada sebuah kutipan hadits yang berkaitan dengan amarah ini. Kutipan Hadits tersebut kira-kira begini : Rasulullah Muhammad saw berkhutbah : "Ingatlah, sesungguhnya di antara mereka ada orang yang lambat marah, tetapi cepat padamnya. Ada pula orang yang cepat marah, tetapi cepat padamnyahingga sifat tercela itu dapat ditambal dengan sifat terpuji. Ada juga orang yang cepat marah, namun lambat padamnya. Ingatlah, orang yang terbaik di antara mereka adalah orang yang lambat marah, tetapi cepat ladamnya. Dan orang yang paling buruk di antara mereka adalah orang yang cepat marah tetapi lambat padamnya."(HR. Tirmidzi, dengan sanad shohih) Kutipan hadits dari: Buku Pintar Hadits, karangan Syamsu Rijal Hamid.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun