[caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="foto : lensaindonesia.com"][/caption] Film "Lewat Jam Malam" ini sudah diputar terlebih dahulu di Festival Film Cannes, Perancis pada 17 Mei lalu. Film tersebut terpilih dalam kategori World Classic Cinema.(Kompas) Sebuah karya besar Sineas Besar Indonesia, H.Usmar Ismail, "Lewat Jam Malam" yang dibintangi aktor AN Alcaf dan Netty Herawati, telah berhasil di Restorasi. Film yang masih berwarna Hitam Putih ini termasuk salah satu karya Masterpiece Usmar Ismail. [caption id="" align="alignleft" width="200" caption="foto : kabarindo.com"][/caption] Film Lewat Jam Malam ini di Restorasi di Italia selama 1,5 tahun, film ini diproduksi tahun 1954 yang disutradarai dan diproduseri oleh H.Usmar Ismail, sebagai produser Usmar Ismail bekerjasama dengan Djamaluddin Malik, ayah dari artis Camelia Malik. Film ini bernuansa kisah perjuangan, yang bercerita tentang seorang mantan pejuang (AN Alcaf) yang kembali kemasyarakat yang sudah asing baginya. Alex Sihar dari Komite Film Dewan Kesenian Jakarta yang juga Ketua Yayasan Konfiden, mengatakan restorasi film Lewat Jam Malam diharapkan bisa membuka mata banyak pihak tentang pentingnya arsip film bagi sejarah bangsa. Restorasi yang seharusnya dibiayai oleh Pemerintah cq kementerian kebudayaan, tapi nyatanya dibiayai oleh Nation Museum of Singapore dan World Cinema Foundation yang didirikan oleh sineas dunia Martin Scorsese. Ternyata orang lain lebih peduli terhadap karya bangsa kita ketimbang bangsa kita sendiri. Kurangnya perhatian pemerintah terhadap arsif film nasional dan karya film nasional sebagai produk budaya, membuat prihatin para pemerhati film nasional. Almarhum Misbach Yusabiran, adalah salah satu orang yang mempunyai inisiatif untuk menyimpan dan mengarsip film nasional, lewat lembaga yang dikelolanya "Sinematek." Seorang pemerhati dan kritikus film, Totot Indarto mengatakan, Restorasi film yang dilakukan pihak asing menunjukkan bahwa Indonesia teledor terhadap kearsipan film yang merekam jejak kebudayaan bangsa. (Kompas,selasa, 5/6/2012). Memang betul apa yang dikatakan Totot, karya film adalah merupakan rekam jejak budaya, karena setiap karya film yang dibuat pastinya memuat unsur budaya dan kondisi budaya dan menggambarkan situasi saat film tersebut dibuat. Rekaman itulah yang merupakan imformasi yang sangat berharga, yang merupakan jejak sejarah dan budaya. Film Leawat Jam Malam ini rencananya akan diputar di bioskop 21 Cineplex mulai 21 Juni dan di Blitzmegaplex di beberapa kota di Indonesia. Pemutaran film ini sangat diharapkan dapat menarik minat publik terhadap pelestarian artefak film yang tersimpan di Pusat Imformasi dan Dokumentasi Film Indonesia. Semoga saja nantinya pemerintah mempunyai perhatian terhadap dokumentasi Film Indonesia, dan mau membiayai restorasi film karya sineas Indonesia masa lalu. Sumber tulisan : Koran Kompas, selasa 5 Juni 2012.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H