Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Politik

Megawati dan SBY Cukup "Duduk Manis"

23 Desember 2014   03:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:40 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_361258" align="alignnone" width="300" caption="Sumber foto : Kompas.com"][/caption]

Kok Megawati Soekarno Putri dan SBY tidak bosan jadi Ketua Umum Partai, harusnya seusia mereka sudah cukup menjadi Ketua Dewan Pembina, agar kaderisasi dan regenerasi kepemimpinan Partai Politik akan berjalan sesuai dengan semestinya. Munculnya kedua dedengkot partai dalam Bursa Calon Ketua Umum Partai, tidak memberikan pelajaran berdemokrasi yang hakiki, yang muncul malah pengkultusan terhadap individu, seakan-akan partai yang mereka naungi miskin kader kepemimpinan.

Politisi seusia Megawati dan SBY seharusnya legowo memberikan tongkat estapet kepada kader yang lebih muda, agar partai politik tidak dipimpin oleh orang yang itu-itu saja. Kedepan, partai politik butuh penyegaran, para punggawa yang sudah tua harus sadar dengan usia tuanya, agar yang tampil kemuka adalah kader yang muda-muda. Jangan sampai yang tua diidentikkan dengan pemburu kekuasaan.

Memang sekarang ini bukannya lagi jaman Ketua Umum Partai politik, adalah otomatis berhak menjadi Calon Presiden, tapi biar bagaimana pun menjadikan partai sebagai trah dinasti kekuasaan bukanlah sesuatu yang bijaksana. Sudah saatnya yang tua memgalah untuk memberikan kesempatan kepada yang muda, belajar dan mengenyam politik dari yang tua.

Miskinnya kepemimpinan Nasional adalah buah dari tidak adanya kaderisasi kepemimpinan dalam Partai Politik, khususnya di Partai Demokrat (PD), dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), yang paling mencolok adalah di PDIP, Ibu Suri Megawati seakan-akan takkan tergantikan, hanya Megawati yang pantas menjadi Ketua Umum seumur hidup di PDIP.

Begitu juga di PD, padahal sebelumnya tidak ada kesan di PD akan munculnya Politik Dinasti, tapi setelah SBY dinobatkan kembali sebagai Ketua Umum sekaligus juga ketua dewan pembina, maka muncullah kesan akan adanya dinasti politi Yudhoyono. Trah politik ini sudah membayangi demokrat dimasa depan. Itu juga yang aan terjadi didalam tubuh PDIP nantinya.

Tidaklah salah adanya Dinasti politik, asal saja kaderisasi kepemimpinan berjalan dengan semestinya, bukanlah dipaksakan hanya karena trah politik. Partai Politik bukanlah kerajaan yang harus dikuasai secara turun temurun, dan partai politik juga bukanlah perusahaan keluarga yang akan diwarikan secara turun temurun juha, partai politik adalah wadah pengkaderan kepemimpinan nasional, dimana regenerasi kepemimpinan digodog untuk melahirkan pemimpinan Nasional yang berkualitas.

Sudah saatnya Megawati dan SBY duduk manis menyaksikan regenerasinya memimpin partai, atau bahkan menjadi Calon Pemimpin Indonesia dimasa depan. Sebagai orang tua, sudah saatnya mewariskan kepada kegenerasi penerusnya, bagaimana menghidupkan dmokrasi yang sehat, demokrasi yang menghargai suara akar rumput, bukan lagi saatnya memupuk ambisi hanya untuk memenuhi kepuasan pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun