Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Tips Melihat dan Menghayati Karya Seni Lukis

24 Desember 2014   02:26 Diperbarui: 4 April 2017   17:33 2231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_361413" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber foto : www.tempo.co"][/caption]

Beberapa kali penulis mencoba membuat Resensi Pameran Seni Lukis, baik sewaktu di Jambi mau pun di Jakarta, penulis berusaha menempatkan diri sebagai mediator, yang menjembatani antara penikmat karya seni lukis dan karya lukis yang dipamerkan. Berusaha untuk tidak menempatkan diri sebagai seorang "Kritikus Seni," karena memang kata Kritik itu terkesan sangat ekstrim, dan menghakimi, padahal seharusnya tidak seorang pun berhak mengkritisi karya seni.

Seorang Sapardi Djoko Damono mengatakan saat membuka Pameran Seni Lukis Cat Air, "Pleasure" di Taman Ismail Marzuki (TIM) yang baru lalu,

"Karya lukis itu bukanlah sesuatu yang harus difahami, tapi harus dihayati," baginya melihat karya lukis seperti berdialog dengan karya lukis tersebut, itu pun kalau ada diantara karya yang diamatinya memang mengajaknya untuk berdialog.

Bisa dipahami apa yang dikatakan Sapardi diatas, begitu agungnya sebuah karya seni, memang tidak untuk dinikmati oleh setiap orang, tapi bagi yang mampu menikmatinya, karya seni, khususnya seni lukis (dalam konteks pernyataan Sapardi), akan mengajak berdialog penikmatnya. Buruk atau bagusnya sebuah penciptaan karya lukis, akan dinikmati secara berbeda bagi masing-masing penikmatnya. Disinilah perannya pengamat seni, untuk menjembataninya.

Ketika sesorang melihat karya lukis, yang pertama sekali ada dalam benaknya adalah "Keindahan," keindahan itu pulalah yang akan menjadi tolok ukur penilaiannya terhadap sebuah karya lukis. Padahal keindahan itu sendiri sangatlah subjektif, keindahan dalam pandangan si A, belum tentu sama dengan Si B, juga dengan si C dan si D, karena sangat tergantung seberapa besar pengalaman Estetik yang mengendap didalam memori ingatannya.

Pada karya lukis Realistis dan Naturalis, keindahan akan dinilai dari kekuatan visualisasi realistik, apa yang dilukiskan mendekati bayangan kenyataan, semakin mirip dengan kenyataan, maka akan semakin indah dinilai, padahal bukan hanya itu saja yang patut menjadi penilaian, pemilihan sudut pandang objek lukisan pun akan sangat menentukan keindahan secara global, juga orisinilitas ide lukisan tersebut. Seperti lukisan Naturalis karya Masterpiece Pelukis Indonesia, Basuki Abdullah dibawah ini.

[caption id="attachment_361411" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber lukisan :www.pinterest.com"]

1419335165696606079
1419335165696606079
[/caption]

Lukisan seperti diatas sangatlah mudah untuk dilihat secara umum, baik dari segi objek lukisannya, maupun visualisasinya yang sangat jelas mudah dilihat dan dihayati. Pada masanya, karya Basuki Abdullah sangatlah disukai, karena tidak perlu berpikir keras untuk menghayati keindahan yang terkandung didalamnya, keindahan yang ditampilkan pun bersifat sangat universal, sehingga mudah untuk dihayati oleh semua orang.

Lalu pada karya lukis kontemporer (non realistik), tidak semua orang bisa melihat sisi keindahannya, terutama bagi orang yang awam terhadap karya yang sejenis ini, disinilah peranan pengamat seni rupa memberikan ulasan pengamatan, untuk memberikan kejelasan kepada para penikmat karya lukis sejenis ini, supaya ketika mereka menikmati karya lukis kontemporer, mereka sudah mempunyai acuan untuk menikmatinya.

[caption id="attachment_361412" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber : arifhidayat69.blogspot.com"]

14193358582145536139
14193358582145536139
[/caption]

Melihat karya lukis seorang Maestro Indonesia sekelas Affandi, tentunya tidaklah sama dengan melihat karya Basuki Abdullah, karena kaedah keindahan yang ada dalam karya lukis Affandi sangatlah berbeda, objek lukisan yang ekspresif, yang tidak divisualkan secara realistik, sehingga bagi orang awam akan sulit melihat sisi kelebihan dari lukisan tersebut, nilai estetika lukisan tersebut justeru dilihat dari kekuatan plototan cat yang digoreskan dengan ekspresif, yang membentuk distorsi objek yang tidak ditemui pada lukisan beraliran naturalis.

Mungkin tulisan singkat ini bukanlah ingin menggurui para penikmat karya seni lukis, tapi hanya sekedar memberikan tips, agar ketika melihat sebuah pameran seni lukis, menjadi mudah untuk melihat dan menghayati karya seni lukis yang ada di Pameran atau pun yang dipajang digaleri-galeri seni.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun