Mohon tunggu...
Aji Muhammad Iqbal
Aji Muhammad Iqbal Mohon Tunggu... Penulis - Aktivis Muda NU

Pecinta kopi, penikmat musik

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Idul Fitri Momentum Saling Memaafkan

14 Mei 2021   09:48 Diperbarui: 25 Mei 2021   23:55 1409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Aji Muhammad Iqbal

Momentum Idul Fitri atau yang sering disebut lebaran adalah momentum yang sangat ditunggu-tunggu khususnya oleh umat Islam Indonesia setelah satu bulan lamanya, umat Islam melaksanakan ibadah Puasa di bulan suci Ramadhan. 

Idul Fitri merupakan perwujudan klimaks dari pelaksanaan ibadah puasa (Ramadhan). Selain ibadah puasa, umat Islam diwajibkan juga untuk mengeluarkan zakat fitrah, memberikan sebagian hartanya untuk orang yang berhak menerima zakat (Muzakki) dengan ketentuan yang berlaku. 

Dalam zakat tersebut, ada sisi nilai universal antara zakat dan Idul Fitri. Kebahagiaan yang tidak terhingga itu tidak serta merta dirasakan oleh orang kaya, kaum borjuis, golongan konglomerat dan para penguasa, melainkan kebahagiaan hari kemenangan (Idul Fitri) juga dinikmati oleh kalangan kelas bawah, fakir miskin dan kaum mustadl’afhin

“Zakat merupakan prinsip revolusi sosial yang mendasari pelepasan kekayaan yang melebihi kebutuhan dasarnya kepada orang yang membutuhkannya,” begitulah ungkap Fajar Rizaul Haq, dalam bukunya Membela Islam Membela Kemanusiaan.

Lalu, bagaimana jika kita bersedekah kepada non muslim yang miskin di hari raya Idul Fitri? Abdul Mochsit Ghazali, peneliti The Wahid Institute dalam tulisannya yang berjudul Keistimewaan Idul Fitri, beliau mengutip pendapat Al-Qurthubi dalam al-Jami’il Ahkam al-Qur’an (Jilid 2, halaman 290) yang memperbolehkan umat Islam bersedekah kepada umat non Muslim.

Pendapat yang sama juga disampaikan Rasyid Ridha, bahwa kasih sayang dan bantuan kita kepada orang miskin, tidak perlu kita menunggu sampai yang bersangkutan masuk Islam. Itulah sebabnya mengapa hubungan umat Islam dan agama lain sangat dekat, damai dan tentram di tengah bangsa Indonesia yang sangat heterogen, karena urusan sedekah saja sudah melintas batas iman. 

“Tidak penting apapun agamamu atau sukumu kalau kamu mau melakukan kebaikan kepada semua orang. Orang tidak akan pernah bertanya, apa agamamu?” ungkap Gusdur.

Dalam menyambut hari raya Idul Fitri, kita perlu mencontoh kepada kesederhanaan dan kepedulian sosialnya Sayyidina Ali bin Abi Thalib beserta keluarganya. 

Dalam kisah yang ditulis oleh Fauz Noor, pada bukunya yang berjudul Marginalia, sebuah esai-esai karya Kang Fauz yang terbit di Koran Radar Tasikmalaya, Sayyidina Ali bin Abi Thalib beserta keluarganya, di malam Idul Fitri membagikan tiga karung gandum dan dua karung kurma kepada kaum fakir miskin. 

Suatu ketika di hari raya Idul Fitri, sahabat Rosulullah SAW yang bernama Ibnu Rafi’i bermaksud ingin mengucapkan selamat Idul Fitri kepada putri baginda Rasul, Sayyidah Fatimah. Setelah sampai pada pintu rumah, beliau kaget tak terhingga melihat keluarga Rasulullah SAW, yaitu Sayyidina Ali bin Abi Thalib, Sayyidah Fatimah beserta putranya Hasan dan Husein yang usianya masih balita, semuanya sedang asyik menikmati makanan gandum tanpa mentega yang sudah basi dan tidak enak baunya, tercium oleh Ibnu Rafi’i. Seketika, Ibnu Rafi’i mengucapkan istighfar dan digeluti rasa terharu sambil meneteskan air mata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun