[caption caption="Batu secret zoo"][/caption]Kebutuhan akan berwisata saat ini seakan sudah menjadi kebutuhan sekunder, bukan lagi tersier, terutama buat kalangan yang berkecukupan. Kepenatan seusai bekerja dan hiruk pikuk kehidupan sosial selama setahun penuh rasanya perlu dibayar dengan bertamasya bersama keluarga atau sahabat, menikmati isi pundi hasil jerih payah selama ini. Hal itu yang saya dan keluarga pilih.
Ada banyak pilihan tempat wisata di Indonesia. Tergantung kebutuhan dan kemampuan juga sih, tinggal disesuaikan. Istilahnya mau yang ‘koperan’ atau ‘backpackeran’. Mau lokasi yang dekat dengan tempat tinggal atau yang jauh sekalian. Ada yang di sekitaran Jawa atau luar pulau jawa sekalipun banyak opsi bahkan luar negeri jika kantong anda cukup tebal.
Liburan kali ini keluargaku memilih untuk menyambangi daerah Malang dan sekitarnya di Propinsi Jawa Timur. ‘Ahhh, Malang lagi Malang lagi, bosen ke daerah situ,’ batinku saat itu. Seingat saya sudah 3 kali travelling ke wilayah Malang, Batu dan sekitarnya. Satu kali bersama orang tua dan adik-adik, sekali bersama rekan kerja, sekali lagi bersama sahabat semasa kuliah, artinya ini bakalan menjadi kunjungan ke empat saya ke daerah itu. Tapi ya sudah lah demi anak istri dan kerabat lainnya yang mungkin saja belum pernah sekalipun ke daerah sana, saya pun mengalah.
Apalagi sudah jauh hari tiket perjalanan pulang pergi dan penginapan sudah mereka pesan, mana mungkin saya mundur, tak enak rasanya. Total rombongan keluarga saya saat itu sebanyak 16 orang; 9 orang dewasa dan 7 orang anak.
Setelah beberapa kali anak-anak saya menghitung hari sebelum hari H keberangkatan, sampailah akhirnya kami berangkat pada 23 Desember lalu. Kami memutuskan menggunakan moda tranposrtasi kereta api gajayana jurusan Jakarta-Malang. Bukan hanya karena untuk menghemat uang dan tenaga, tetapi juga waktu, bila terjebak kemacetan musim liburan. Dan benar saja, saat kami sampai di lokasi, informasi yang saya dapatkan dari berbagai media bahwa jalur dari Jakarta menuju kota-kota di pulau Jawa mengalami kemacetan panjang.
Hampir 17 jam waktu perjalanan menggunakan kereta kelas eksekutif tersebut, bertolak dari gambir jam 18.00 tiba di Malang jam 10.30. Untuk kereta non ekonomi, harga tiketnya Rp.570.000, waktu tempuh selama itu menurut saya sih masih terlalu lama karena nyaris tak ada bedanya dengan menggunakan kereta kelas ekonomi macam Matarmaja yang pernah juga saya gunakan.
Sesampainya di Malang kami langsung mencari kendaraan untuk menuju Kota Batu yang memang menjadi tujuan utama perjalanan kami kali ini. Saya tidak melihat adanya taksi layaknya di Jakarta yang menggunakan argo. Yang ada hanyalah mobil pribadi yang disewakan. Entah mungkin karena sudah habis digunakan orang karena sedang musim liburan atau memang di Malang tidak ada taksi berargo. Setelah proses tawar menawar, akhirnya kami mendapatkan 2 mobil jenis SUV.
Supir yang membawa kami sudah mengabarkan bahwa jalur utama ke Batu mengalami kemacetan, maka dia memilih menggunakan jalur alternatif. Batu berjarak sekitar 20 km dari Malang, dalam kondisi normal hanya ditempuh dalam waktu 30 menit. Kendaraan yang kami gunakan sempat terjebak dalam kemacetan karena ternyata rute yang kami dilalui memang jalur yang melewati kawasan wisata di Kota Batu yakni Batu Night Spectacular (BNS) dan Jatim Park 2 (JP2).
Tak berapa lama kemudian kami pun sampai di tempat penginapan, Hotel Riverstone. Hotel yang masih relatif baru namun lokasinya cukup strategis berada di tengah Kota Batu sehingga tidak jauh dari tempat-tempat wisata yang rencananya akan kami kunjungi.
Usai beristirahat sejenak di hotel, tak lama kemudian kami beranjak menuju tujuan pertama, JP2! Sempat bingung menggunakan transportasi apa karena jalanan menuju lokasi sangat macet, tapi untunglah pihak hotel menyediakan semacam shuttle dengan tarif relatif terjangkau, 5 ribu rupiah/orang.
Kapasitas 1 mobil yang di desain seperti odong-odong ini pas sekali untuk mengangkut rombongan kami. Tak butuh waktu lama, hanya sekira 5 menit dari hotel, kami sudah sampai di JP2.
Menurut informasi yang saya dapat, JP2 ternyata sudah berdiri sejak 2008. Sedikit menyesal juga baru mengetahui ada tempat wisata yang keren begini. Kalau tahu dari dulu, sejak lama kami sudah ke sini. Agak berbeda dengan Jatim Park 1 yang lebih ditujukan sebagai taman bermain dan hiburan, Jatim park 2 lebih menonjolkan aspek edukasi khususnya bagi anak-anak selain tempat bermain tentunya.
Fyi, di area ini juga terdapat penginapan bernama ‘Pohon Inn’ yang bangunannya berbentuk seperti batang pohon raksasa yang menjulang tinggi. Kelebihan hotel ini, beberapa kamar view-nya adalah seluruh area JP2. Jadi jika anda bermalam disini dapat sepuasnya melihat seisi JP2 dari kamar anda.
Ok, kembali ke JP2. Untuk bisa masuk ke dalam, anda punya opsi untuk membeli tiket biasa atau terusan. Tiket biasa untuk masuk ke ‘Batu Secret Zoo’ dan Museum Satwa. Sedangkan tiket terusan, selain 2 obyek tadi, juga bisa melanjutkan ke ‘Eco Green Park’ & Museum Tubuh. Harga tiket biasa saat akhir pekan sebesar Rp.105.000, sementara yang terusan Rp.125.000. Kami memilih untuk membeli tiket biasa saja. Setelah seluruh anggota rombongan memasangkan gelang kertasnya, kami pun memasuki lokasi.
Gerimis menyambut kami begitu masuk ke area kebon binatang (bonbin). Binatang yang akan anda saksikan pertama kali adalah tikus putih raksasa, disusul selanjutnya ada beberapa jenis monyet langka di kiri-kanan jalur pengunjung. Monyet-monyet mungil ini rasanya belum pernah saya jumpai di bonbin-bonbin lainnya, termasuk Ragunan Jakarta. Berikutnya ada deretan hewan-hewan yang mungkin sudah sering anda lihat, seperti kura-kura, musang, berang-berang, kudanil, rusa, angsa, dsb. Bagusnya adalah seluruh pengunjung seakan digiring untuk mengikuti satu rute, tidak berpencar kemana-mana.
Poin plus lainnya adalah jalur pengunjung tetap terjaga bersih dari sampah/kotoran, kondisi ini membuat nyaman para wisatawan. Hebatnya lagi koleksi hewan di sini sangat lengkap dan variatif, berasal dari hampir seluruh benua; Asia, Afrika, Australia dan Amerika. Saya tidak menemukan binatang khas Eropa. Salut juga untuk pengelola JP2 yang mampu mendatangkan beragam jenis hewan dari berbagai penjuru dunia dan tetap terawat sehat. Beberapa diantaranya malahan termasuk kategori langka atau terancam punah, seperti Walabi Albino asal Australia. Ada juga Alpaka, binatang khas Amerika Latin yang habitatnya di pegunungan.
Beberapa jenis hewan buas juga ada di sini, contohnya harimau dan singa dari berbagai belahan dunia, termasuk jaguar hitam dan singa putih siberia yang terkenal gagah dan elegan. Sekadar selingan, ada kejadian memalukan sekaligus menggelikan dialami oleh ipar saya, mungkin karena tidak menjaga jarak aman dan tidak waspada, alhasil saat melihat gerak-gerik 2 ekor jaguar di kandangnya, tanpa disadari ia dikenc*ngi oleh seekor jaguar hitam. Walaupun tidak menyaksikan langsung, tapi cerita dari para saksi cukup membuat terbahak, hahahaaaa *uppss...
[caption caption="Salah satu koleksi hewan Jatim Park 2"]
Lepas dari area outdoor, anda akan masuk ke area tertutup yang berisi koleksi hewan jenis reptil dan hewan air. Di sini terdapat berbagai macam ular mulai ukuran kecil seperti ular pohon hingga yang berukuran besar dan panjang seperti piton. Ada juga berbagai jenis kura-kura/penyu dan hewan air tawar dan laut, termasuk ubur-ubur dan ikan hiu. Selesai dari area ini, kita kembali ke area terbuka yang diberi nama ‘Savannah’. Di sini kita disuguhi hewan liar afrika macam kuda zebra, banteng, antelop, gajah, dsb.
Selepas dari area tadi adalah area yang dinamakan ‘fantasy land’ dan ‘kids zone’--kalo tidak salah. Terdapat berbagai macam permainan anak yang seingat saya semuanya dapat dinaiki dengan gratis. Ada juga ‘horor house’ bagi yang ingin uji nyali. Foodcourt dan cafe juga ditempatkan disini. Intinya wilayah ini menjadi tempat melepas penat setelah berkeliling bonbin dan sebelum berlanjut ke tempat lainnya.
Oiya bagi yang merasa kelelahan, pengelola menyediakan alat transportasi khusus. Sebelum area indoor, ada tempat penyewaan e-bike, sepeda mini elektrik tanpa perlu digowes. Lumayan membantu khususnya bagi para lansia yang fisiknya mudah capek. Dari lokasi ini, tinggal selangkah lagi anda akan menyelesaikan rangkaian sajian di bonbin, Batu Secret Zoo. Sudah selesai? Belum! Ingat masih ada Museum Satwa.
[caption caption="Area koleksi binatang air"]
Museum Satwa memiliki bangunan tersendiri yang terpisah dari area bonbin. Dari luar mudah dikenali dari bentuk bangunannya yang megah. Pada bagian depan bangunan terlihat 6 pilar besar yang menopang gedung. Tanda lainnya adalah bangunannya diapit oleh dua patung gajah besar. Masuk ke dalam anda akan menyaksikan kumpulan hewan yang diawetkan dan dijadikan diorama. Tidak begitu menarik menurut saya. Yang cukup membedakan adalah koleksi fosil dinosaurus, mammoth/gajah purbakala dan beruang kutub. Semua hewan yang dipajang benar-benar hewan asli yang diawetkan!
[caption caption="Suasana dalam museum satwa"]
[caption caption="Museum Satwa Jatim Park 2"]
Â
Kesan saya untuk JP2 ini adalah tempat wisata yang sangat edukatif. Taman ini merupakan perpaduan antara Bonbin Ragunan, Taman Safari Cisarua dan Seaworld Ancol, namun dalam dimensi yang lebih kecil. Edukasi yang diberikan dikemas secara kreatif dan informatif sehingga membuat orang tertarik untuk mengetahuinya, istilahnya bikin kepo. Contohnya banner-banner yang berisikan beragam jenis mata hewan yang mengajak pengunjung untuk menebak hewan berdasarkan bentuk matanya. Satu lagi kesan saya adalah, tempat ini sangat cocok bagi para fotografer atau para selfier yang senang narsis dan sangat eksis di media sosial semisal facebook, path, atau instagram karena begitu banyak obyek gambar yang keren. This place is so path-able and instagram-able! ;))
Butuh waktu hampir setengah harian untuk menjelajahi seluruh JP2 (5 jam), cukup meletihkan kami semua. Tapi saat itu waktu masih menunjukkan pukul 18.00 dan masih tersisa sedikit tenaga pada kami. Lokasi berikutnya yang kami tuju adalah BNS. Kebetulan lokasinya juga tidak berjauhan, kurang lebih 500 meter. Hanya saja karena saat itu kami tidak menggunakan kendaraan sendiri dan kondisi jalanan macet, akhirnya kami putuskan menggunakan jasa ojek. Di pintu keluar JP2 cukup banyak ojek berseliweran dan ongkosnya terhitung murah ketimbang di Jakarta (selain ojek online), hanya 10 ribu rupiah/motor.
BNS ini layaknya taman hiburan yang sebagian besar berisi permainan untuk anak-anak seperti yang ada di dunia fantasi Jakarta. Ada alternatif jenis tiket, satuan atau terusan, yang satuan seharga 35 ribu, yang terusan seharga 100 ribu rupiah. Sejujurnya tidak ada yang istimewa di tempat ini selain adanya taman lampion. Di tempat ini jadi tempat yang tepat untuk berfoto ria. Koleksi lampionnya unik dan cantik, ada yang menyerupai hewan, bunga dan bangunan. Waktu sudah menunjukkan pukul 22.00 dan kami pun memutuskan untuk pulang, kembali ke hotel.
[caption caption="Taman lampion di BNS"]
Sekian dulu kisah petualangan hari pertama di Kota Wisata Batu. Hari yang sungguh melelahkan, mengingat kami baru saja tiba di Batu setelah perjalanan panjang menuju Malang dan hanya singgah sebentar di hotel, terus langsung mendatangi 2 lokasi tersebut. Masih ada beberapa tempat wisata yang tidak kalah menariknya yang kami kunjungi selama 2 hari selanjutnya. Tunggu tulisan saya berikutnya ya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H