Mohon tunggu...
Dayangsumbi
Dayangsumbi Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Musik, Filosofi

Blogger Writer and Amateur Analys, S.Komedi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Romantisasi Perjalanan Sukses

22 Juni 2021   04:41 Diperbarui: 13 Maret 2022   21:35 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : Freepic/Pexels

Kini sedang marak-maraknya orang-orang membagikan pengalaman menuju kesuksesannya yang sangat mengandalkan pada kemampuan diri baik itu intelegensi maupun emosional, saya jadi bertanya-tanya apakah manusia modern melupakan sesuatu yang namanya “accident non accidental” ? maksudnya, sesuatu hal yang kebetulan tapi kalau direnungkan bahwa ini bukan kebetulan ada garis alur yang mereka buat sejak kecil hingga mereka menjadi seperti itu.

Banyak musisi dan pemain sepak bola sukses, yang sejak kecil mereka “menyenangi” hal tersebut, hingga pada akhirnya kebetulan-kebetulan menghampiri mereka sehingga mereka pun bisa mencapai kesuksesannya tersebut, contohnya Raisa, Isyana, Jimmy M yang dari kecil emang suka musik. CR 7, Ronaldinho yang dari kecil suka main sepak bola di tanah lapang.

Ya.. mungkin businessman hebat itu terlahir dari keluarga yang emang udah punya bisnis baik itu bisnis kecil-kecilan maupun besar. Mereka terlahir dan terbiasa di lingkungan itu, dan kebetulan-kebetulan itu datang menghampiri mereka dan menjadikan mereka sukses. Hanya saja ketika mereka sukses – pastilah yah walaupun hanya rasa ingin – mereka meromantisasi perjalanan hidupnya, ya entah berbicara, pertama " gue dari keluarga susah ( mungkin susah beli rumah mewah, beli mobil mewah ya. Kalau yang biasa-biasa dan murah sih bisa aja ya hehehe ). kedua, " kita punya waktu 24 jam maka maksimalkan waktu setiap detiknya. " Ya karena mereka mencintai hal itu, mereka awareness setiap jamnya ketika melakukan hal itu. Mereka juga gak mungkin begadang setiap hari guna maksimalkan waktunya, mikirin setiap saat, mereka juga pasti ada haha-hehenya, ice breaking dan istirahatnya.

Ada quotes yang bilang, “ kalau yang sukses itu dilihat dari mereka yang bekerja keras, kuli bangunan pasti lebih sukses, kalau yang sukses itu dilihat dari mereka yang melek atau buka usaha 24 jam, starling/warung kelontong pasti lebih sukses.” Ini tuh tentang “accidental non accidental”.

Semuanya merubah point of view saya tentang sukses, sukses bukan menjadi kaya raya, sukses bukan berarti cukup untuk beli rumah mewah, mobil mewah. Tapi sukses bagi saya ketika saya mencapai taraf awareness dan consciousness.

Manusia modern cukup awareness terhadap dirinya seperti menjaga pola hidup teratur, menjaga kesehatan, pola tidur, serta perasaannya. Tetapi mereka kurang consciousness, seperti bertafakur tentang pencipta, alam, dan manusia lain dan biasanya ketika mereka sedang memasuki kondisi ini mereka berkata “ah gua overthinking.”

Ada buku yang berspekulasi dan ada juga tokoh yang beropini bahwa makhluk goa mencapai puncaknya sebagai manusia salah satunya karena consciousness ini. Sebenarnya ketika kita memikirkan ini, ini bukan overthinking, tapi jika kita sudah kelelahan baru itu disebut overthinking, kita hanya perlu bisa mengistirahatkan pikiran ketika kita memang sudah kelelahan.

Ketika anggota tubuh kelelahan kita bisa mengistirahatkannya tapi jika pikiran yang kelelahan kadang kita sulit mengistirahatkannya. 

Sekali lagi kebetulan - kebetulan pun pasti datang pada para pengusaha itu, kebetulan bertemu teman ini, kawan itu, atau orang yang sebelumnya belum mereka kenal atau juga peristiwa-peristiwa yang kebetulan pula yang mereka temui. Dari situlah mereka meng-analisis, menerapkan trial and error pada usaha-usaha dan mimpi yang mereka bangun sejak lama.

Memang sukses bagi masing-masing orang berbeda-beda dan kebanyakan para pengusaha sukses meromantisasi kesuksesan mereka tetapi jika kita awarness dan consciousness sebenarnya mereka hanya memaksimalkan peluang kebetulan - kebetulan itu dengan maksimal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun