Mohon tunggu...
Aji Leila
Aji Leila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pegiat Sastra Nganjuk

Seorang Pegiat sastra di Kabupaten Nganjuk dan Ponorogo

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bukan Sulap Bukan Sihir Tapi Lobi

10 Januari 2024   11:52 Diperbarui: 10 Januari 2024   12:02 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari-hari dekat ini, adalah hari yang meriah di kampusku. Tepatnya di Univestas Gadjah Doedoek Kota Surabaya. Kampus hijauku dalam waktu dekat ini akan melaksanakan pemilihan untuk organisasi intra, jika di kampusku agenda tersebut bernama Kongres. Sebagaimana kata orang-orang, kampus adalah miniatur Negara dan mahasiswa sebagai agen of change adalah pembawa perubahannya. Jika aku mendengarkan kata-kata orang, semua yang ada di negara ditiru oleh kampus sebagai pembelajaran sehingga, naninya saat akan terjun di masyarakat mereka bisa melakukan tugasnya.

Temanku yang seorang aktivis organisasi bernama Johny juga berkata seperti itu. Yah, itu pembicaraan kami saat ngopi di warung sebelah kampus. Ia juga mengatakan bahwa, semua sistem dalam Pemilu (pemilu) itu sekarang sama dengan di kampus.

“kita sebagai agen of change harus berorgaanisasi dong. Masa’ kita setelah terjun ke masyarakat nggak tau apa-apa tentang negara kita. Di kampus tuh sudah mirip seperti negara seperti, organisasinya itu juga ada DPR nya, ada juga Presiden beserta menterinya. Pokoknya lengkap deh!!” 

Nada suaranya tampak riang, nampaknya ia sangat bangga karena mengetahui hal-hal tersebut.  Dan matanya yang bulat besar berbinar semakin menunjukkan kebanggaan (mungkin juga disertai sombong, walaupun sedikit) karena ia mengikuti organisasi-organisasi tersebut.

Memang tidak dapat kupungkiri bahwa ia memang aktif dan juga sosial nya baik, punya banyak teman. Ia saat semester tiga (3) kemarin juga menjadi ketua jurusan karena memiliki jaringan yang luas sehingga dengan mudahnya lolos. Ia juga mendapat dorongan teman-teman organisasi di luar kampus.

“Kamu juga sebagai wartawannya kampus kan tentu tau kalo hari dekat ini mau ada kongres. Kira-kira aku juga mau nih naik lagi menjadi Gubernur. Banyangkan sekarang aku akan bida menaungi satu fakultas. Satu fakultas Aji....  whaaaa... asik sekali pastinya”. 

“Kamu itu ya, kok bisa-bisanya PD amat. Apa nggak tau kalo tingkat Fakultas banyak pesainya? Baru nanti kamu nggak terpilih aku ketawain lho bro..... hwahwahwa..... ah mungkin kamu lolos menjadi calon aja nggak tentu bro..... hwahwahwa... gagaga... xixixixixxi”

Yah elah broooo.... kamu tuh bodoh amat. Makannya kalo bodo itu nggak usah di peliahara!! Akutuh ya punya jaringan kemana-mana. Jangankan lolos jadi calon bahkan saat pemilihan tu, aku yakin 70% itu nyoblosnya ke  aku. Karena semua satu fakultas ini aku sudah kenal semua.

“Yah kok bisa bro”  tanyaku keheranan melihat seri di wajahnya yang cemerang, mungkin juga ia terlihat sedikit sombong.

“Makannya, kamu harus pintar-pintar nglobi ke semua orang. Biar temenmu banyak, nanti kalo ada apa-apa bisa enak dan lancar seperti jalan Tol Cipu-Cipu“  jawabnya.

Memang teman ku yang satu ini bukan main. Aku selalu memberikan jempol padanya. Apakah sebegitu besak kekuatan dari lobi? Sehingga bisa membuat temanku PD bukan maen. Apakah seperti itu kekuatan lidah? Sehingga orang-orang bisa terhanyut mengikutinya. Apakah masyarakat yang hanya termakan janji manisnya? Atau karena ia memiliki jaringan yang luas? Ataukah mungkin memang karena dia sosok pemimpin yang terpercaya oleh semua orang? Aku juga tidak terlalu tau apa yang menjadi penyebabnya, yang jelas dia yakin akan terpilih.

Dan pada akhirnya ia memang terpilih menjadi ketua untuk fakultas ku. Ternyata benar apa yang dikatakan sahabat kecilku ini. ‘’Ini bukan sihir tetapi kekuatan lobi”  katanya. Lalu timbul pertanyaan dalam batin ku. Apakah dinegaraku dalam pemilu juga seperti ini ya? Apakah siapa yang memiliki jaringan terluas maka ia yang terpilih.

Tetapi yang terpenting adalah aku tentu juga ikut bahagia karena ia terpilih karena terdengar suara ilahi dari langit . MADHAAAANG MADHUAAAANG!!!!  Yok pastinya syukuran lah. Anaknya orang kaya gituloh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun