Mohon tunggu...
Junaedi Malik Ibrahim
Junaedi Malik Ibrahim Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis pemula

KTP makassar , Tinggal di Jakarta , Bekerja di sekolah

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Ma'ruf Amin dan Ahok

12 Agustus 2018   01:04 Diperbarui: 12 Agustus 2018   01:14 675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjelang Pilpres 2019 , suhu politik di Indonesia kembali memanas. Dengan telah terpilihnya Kyai Ma'ruf Amin sebagai pendamping Petahana Joko Widodo sebagai calon wakil presiden , serta Sandiaga Uno sebagai pendamping sang penantang Prabowo Subianto. 

Kedua pasang capres dan cawapres telah mendaftarkan diri ke KPU tanggal 10 Agustus dengan masing-masing mendapat dukungan dari partai-partai politik , dengan komposisi 7 partai (PDIP, Golkar, PPP,PKB,Nasdem,Hanura,PKPI) melawan 4 partai ( Gerinda,PAN,PKS dan Demokrat ). Duel Klasik tahun 2014 kembali tersaji di tahun 2019, dengan membuat Indonesia terbelah menjadi 3 Bagian dalam jumlah besar. 

Kelompok Pendukung Jokowi, Kelompok Pendukung Prabowo , dan kelompok Golput ( yang kemungkinan akan meningkat , karena kompromi politik banyak menimbulkan kekecewaan dari sebagian pendukung masing-masing pasangan )

Dengan terpilihnya Kyai Haji Ma'ruf Amin sebenarnya menjadi kejutan bagi sebagian pendukung jokowi, dikarenakan banyak dari para pendukung jokowi berharap bahwa Prof Mahmud Md yang nantinya menjadi cawapres Jokowi. Akan tetapi didalam politik praktis semuanya adalah bentuk kompromi yang mana sering kali harus berbenturan dengan keinginan para pendukungnya. 

Hal ini terjadi pula di kubu prabowo dengan memilih Sandiaga Uno sebagai cawapres yang akan mendampinginya. Karena ini sangat bertentangan dengan keinginan para ulama dan parta pendukungnya , yang mana setelah Ijtima Ulama mengeluarkan keputusan untuk mengusulkan Salim Asegaf dan Ustad Somad sebagai Cawapres. Dan juga ada desakan dari Partai Demokrat untuk menunjuk AHY sebagai cawapres sebagai harga yang harus dibayar dengan bergabungnya Demokrat ke kubu Prabowo. 

Banyak sekali drama-drama yang terjadi seperti munculnya istilah Jendral Kardus dan Jendral Baper, tetapi semua  seakan sirna dengan adanya segala macam kompromi yang akhirnya masalah tersebut dapat terselesaikan.

Dari Kubu Jokowi sendiri masalah kekecewaan sebagian pendukung Jokowi terhadap pilihan cawapresnya menjadi buah simalakama bagi jokowi sendiri, tetapi kembali lagi Politik praktis itu sebagian besar adalah kompromi besar antara partai pendukung, yang mana ini akan berdampak bagi pencalonan Capres dan Cawapresnya. 

Salah satu kelompok pendukung Jokowi adalah pendukung Ahok pada saat kasus penistaan Agama, yang mana Ma'ruf Amin pada saat itu ada dikubu lawan mereka, dengan mengeluarkan Fatwa MUI dan menjadi saksi ahli dalam Pengadilan melawan Ahok. 

Ini jelas membuat sebagian pendukung jokowi terkaget-kaget dan berpikir ulang untuk tetap mendukung Jokowi dalam pilpres nanti. Walaupun sebagian dari mereka menyatakan tetap akan mendukung Jokowi walau dengan berat hati.

Akan tetapi ini adalah dilema dalam politik dan kehidupan yang selalu ada alasan yang masuk akal, dan harus dicerna dengan baik-baik dan tidak menggunakan emosi tingkat tinggi. Ada beberapa alasan yang mungkin bisa membuat pendukung Jokowi tetap yakin dan tetap memilih Jokowi dengan keyakinan yang penuh. 

1. Sisi Ahok

 Kasus Ahok sebenarnya merupakan kasus kompleksitas , dimana semua hal menjadi satu dalam bentuk kebencian pada satu orang yang bernama Ahok, yang mana sifat dasar sebagai pribadi yang tegas, keras dan jujur menjadi momok bagi sebagian pejabat korup di lingkungan pejabat pengprov DKI. Dia tidak bisa membedakan dimana harus bicara lembut dan dimana harus bicara keras yang cenderung kasar ditelinga pejabat-pejabat DKI ,bahkan terhadap anggota DPRD DKI. 

Dengan sifat yang lugas dan terkesan menantang membuat banyak orang yang menjadi sakit hati dan tidak menyukainya.. Salah satu bentuk transparari birokrasipun coba ia lakukan , dengan menggunggah setiap rapat dan pidatonya kedalam youtube, yang mana ini banyak mendapat respon positif bagi sebagian penduduk DKI yang menginginkan Jakarta yang lebih baik. 

Akan tetapi disinilah menjadi blunder bagi dirinya sendiri, kesalahan dia dalam mengungkit ayat Al Quran yang sebenarnya bukan menjadi wilayahnya atau bidangnya membuat jutaan umat Islam menjadi marah. Walaupun sebenarnya dia sudah minta maaf dan menyanggah telah menghina agama, banyak umat Islam yang merasa tersinggung dan melakukan demo besar-besaran menuntut Ahok dipenjara. 

Ahok telah melakukan kesalahan entah disengaja atau tidak dia telah melakukan kesalahan dengan mengutip ayat Al Quran , apalagi kapasitas dia sebagai Gubernur dan Pemimpin yang tidak  disukai oleh sebagian warga dan pejabat DKI karena berbagai kebijakannya.

2. Sikap Ma'ruf Amin

Disaat kasus Ahok mencuat , banyak tekanan yang diterima oleh Ma'ruf Amin melalui lembaga MUI yang dipimpinnya untuk mengeluarkan Fatwa yang menyatakan Ahok telah menista agama dan Ulama. Hal ini banyak diminta oleh para ulama-ulama hampir diseluruh daerah, dan akhirnya keluarlah fatwa yang menyatakan bahwa Ahok telah menistakan Agama dan Ulama. 

Ada beberapa pertimbangan yang mungkin diambil oleh Ma'ruf Amin pada saat itu. Yang pertama adalah kesalahan fatal Ahok yang mengutip ayat Al Quran dalam pidatonya padahal dia bukan orang Islam, kedua mengeluarkan kata-kata "Dibodohi" yang mana ini adalah sesuatu yang tidak pantas digunakan dalam penggunaan ayat suci Al Quran, dan ketiga adalah MUI adalah lembaga Ulama terbesar di Indonesia dan merupakan representasi Ulama seluruh indonesia terutama Umat Islam, sehingga dalam keputusannya harus mengedepankan keinginan dan kemashalatan umat Islam . Lalu apa jadinya jika MUI tidak mengelurkan fatwa tersebut ? tentu akan menimbukan banyak polemik di kalangan umat Islam sendiri.

Jadi kesimpulan yang bisa diambil adalah Ahok telah melakukan kesalahan baik itu disengaja atau tidak, telah menyinggung hati sebagian besar umat Islam di Indonesia ( entah dia benar-benar menistakan atau tidak, hanya Allah SWT yang tahu ). 

Ahok sudah menjalankan kewajibannya dengan masuk kedalam tahanan penjara, dan ini bisa menjadi pelajaran berharga bagi dia sebagai pejabat/politikus yang ingin survive di perpolitikan Indonesia dengan tidak menyinggung hati komunitas terbesar yakni umat Islam. 

Sedangkan Ma'ruf Amin sudah melakukan tugasnya dengan baik menjadi wakil umat Islam di seluruh Indonesia dengan mengeluarkan fatwa penista agama dan ulama yang harus dia keluarkan demi keutuhan umat Islam di Indonesia. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun