Kebetulan, Erwin, kawan karibku dari TK ngantor di Jakarta dan Billy seniorku di SMA ngantor di Kisaran, juga mudik dan berkunjung ke rumah orang tuaku bagdha Ashar. Sambil menunggu datangnya saat buka puasa, aku ajak mereka menikmati alam desa dengan dua dokar/andong (kereta kuda roda dua terbuat dari kayu).
Rute perjalanan dari rumah menuju home industri pembuatan slondok/kerupuk singkong khas dusun Palian kemudian kami menuju mata air banyu asin di Kedungombo dan beristirahat cukup lama di Pucungan memandang tempuran/pertemuan 4 sungai (sungai Elo Progo, Pabelan dan Sileng).
Akhir perjalanan kami ke padepokan Watu Tambak (gedung serbaguna 2 lantai), sungai elo-progo dan tegalan/ladang dipinggirnya (termasuk punya orang tuaku) tempat favoriku memancing jika pulang kampung.
Minggu sore selepas 3 hari berlebaran dengan kerabat orang tua aku pulang ke rumahku, karena harus segera menjalankan kewajibanku bekerja sebagai abdi negara yang sebentar lagi berubah menjadi aparatur sipil negara.
Setelah menunggu satu jam di teminal yang tidak pernah berubah sejak 20 tahun lalu, aku naik ke bus putra remaja langgananku sejak aku masih bujang kuliah di kampus STAN - Program Diploma III Keuangan di Jurangmangu-Bintaro.