Ini bagianmu:
Semua punya nama dan makna. semua yang kemarin tak berarti pagi ini menjadi berarti
Penggenggam mantra berbijaksana memberi aku ruang, menyembunyikan bayangan bermata kelam yang menakuti aku dengan bibir merahnya. refleksi tentang cermin retak. ribuan jumlahnya kini.
Tahukah kau, setiap malam embun-embun berumur pendek merayuku, memintaku mengungkapkan misteri dibalik celah batu. batu yang semula kau kira hanya berdiam sepanjang masa.
tapi tidak taukah kau?
Ada pola-pola teridah tergurat disana. celahnya bersuara. mengundang macam-macam lebah bercerita. tentang kisah-kisah sendunya kupu-kupu bersayap patah bercorak biru indigo.
Hanya sepotong kisah yang kau serahkan padaku ketika itu. saat seluruh air diangkasa berjatuhan menghujam permukaan bumi. membasahi aku dan kau yang masih berdiri gamang pada pijakan masing-masing. padahal jarak kita hanya sedepa. dalam rongga berkonotasi rendah.
Kau tahu, aku masih bingung sampai sekarang, bagaimana cara menyelesaikan bagiannya, bagianku. gumpalan kertas merah muda kugenggam erat tapi tetap aku tak mengerti. merasa semuanya benda asing, materi yang sama sekali tak kuketahui namanya, begitupun kau, kau seolah-olah seperti tak pernah kukenal.
Lalu lama-lama rinai menghilang. menyisakan gemerisik bising diantara jarak yang terhampar antara kau dan aku. aku tahu kau pasti tahu tentang hal itu. Dilema yang dipinjamkan Sang Pencipta untuk kita. rintiknya separuh menyejukkan lalu separuhnya lagi menghancurkan.
Ilalang yang terus bergoyang, tak bisa mengingatkan betapa perpisahan dan pertemuan itu lumrah terjadi
Masih ingatkah kau, disana tertulis kulit kayu berpuisi yang engkau tulis hanya untukku, sepertinya untukku
Tamparan ayah memerahkan wajahku lagi tapi puisi-puisi darimu memerahkannya lebih. Apakah kau tahu itu?
Tentang waktu yang tak terpelihara dengan baik. tentang keping kenangan yang tertinggal dan diam-diam mengendap tanpa diperintah. inilah salah satu alasanku agar semuanya takkan pernah terjadi namun nyatanya, semua masih bergulir sesuai aturan. perisaiku berpori lalu melemahkan sifatnya.
Kau pasti lelah merumput padang luas di balik bukit, aku ingin menyusul tapi kau bilang tak usah. lalu alasan apalagi agar aku bisa ikut denganmu?
Sesuatu yang tak bisa kau mengerti tentang dunia ini jika kau terlibat dalam perdebatan dengannya adalah berdamailah bukan menghakiminya dan bukan selalu menuntut jawaban yang kau memulainya menjadi rumit.
Jika kita masih dapat terhubung. aku ingin kita berkomunikasi dua arah, membicarakan semuanya, agar tak ada lagi selubung. meleraikan kabut pagi ini yang terluka dalam heningnya. Barangkali..
Aku harap kau mengerti ini sungguh-sungguh.. "if it ain't broken. don't fix it"
Pagi ini dingin, sedingin dalam tubuh ini, hanya hangat yang kupinta pada malam.
Lambat juga waktu berjalan, seakan terseok dan menderita, tergeletak lalu akankah mati?
Ketika makna terbentang membawa sepi, melanglang dalam kesunyian jiwa, berlagu riang hiasi tangis.
Menari lalu meloncat, dan mencari sejumput rindu yang tergerai antara riak-riak kehidupan.
Pagi ini dingin, dan tiap asap ini mengepul,...
Satu hayalan berlalu, merintih lalu pergi, mecari makna di tiap ujung hari.
Tiap asap ini mengepul, jiwaku berteriak adilkah jalan ini berpihak, terang lalu gelap, merangkak tertatih-tatih
Tiap asap ini mengepul……
Entah, aku terkapar lunglai
Di relung sebuah ambisi
Mencapai dan mengapai
Kembali berlari dan menari.
Entah, aku mengerang terluka
Direjam duka bermakna
Menapak dan mengganga
Disudut hari-hari tua.
Entah, aku menangis tersedu
Disuatu tempat romansaku
Hening alunan membelai merdu, di ujung puisi biruku.
Tiap asap ini mengepul
Bayangannya menapak, berlari kian kemari, tersenyum lalu menangis. Tinggalkan aku sendiri disini.
Saat kota Yogya bikinku muak
Bikin ku jengah
Bikin aku enggak betah.
Tepi hutan……………..
nb: semua foto doc pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H