Mohon tunggu...
Muhammad Hujairin
Muhammad Hujairin Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Lahir di Palembang, Sumatera Selatan dan menyukai ekspedisi keliling Indonesia untuk melihat berbagai macam kultur dan budaya. Menulis dan membaca adalah hobiku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ketika Cinta Menjadi Anarki

30 November 2011   07:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:01 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Aswatama memendam cinta sedemikian lama, hingga Bharatayudha berakhir setelah tewasnya Prabu Duryudana... namun Banowati telah terlebih dahulu menerima pinangan Arjuna... lelaki yang selalu hadir dalam mimpi-mimpinya dan sering membawanya rendezvous berdua”

“Dan Aswatama, cintanya telah berubah menjadi kesumat... ia membantai habis lima orang keturunan Pandawa, kecuali Parikesit yang dilindungi oleh Kresna... dan terakhir, ia pun menghabisi Banowati di atas peraduannya ketika lelap tertidur, diperkosa secara keji dan dirobek-robek mulutnya hingga sirna kecantikannya... cintanya tak pernah mendapatkan ruang dan pengakuan, cintanya berubah menjadi anarki..jika dirinya tak mendapatkan maka orang lain pun tak boleh mendapatkan”

Sebelum teguk terakhir blue mountain jamaica di gelasku, kukatakan pada Tari; “kisah kita terlarang, rendezvous ini tak pada tempatnya... sebelum cinta ini menjadi anarki, marilah kita sudahi saja... mari kita tempuh jalan dan tanggungjawab kita masing-masing dengan ikhlas”. Aku tertunduk dan berkata lirih kembali, “sebelum cinta berubah menjadi anarki..”

Tak sampai sepeminuman kopi setelah Tari berlalu, ring sms-ku berbunyi. Kubuka dan kulihat, ternyata dari Tari. Pesan singkat yang bernada ancaman “Kamu pengecut Jo, tapi kamu lihat...jika aku tak berhasil mendapatkanmu, maka wanita manapun tak akan dapat hidup bersamamu!”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun