Mohon tunggu...
Aji Bon Kurosaki
Aji Bon Kurosaki Mohon Tunggu... -

penyair selalu mendengarkan suara-suara yang bangkit dari dalam dirinya sendiri. Suara itu adalah: suara kematian (dengan semua firasatnya), suara cinta dan suara seni.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aku Berbicara kepada Yang Berhak Mendengarkan

10 September 2012   13:25 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:40 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Saat ini saja hari yang ku lalui masih sama dengan hari kemarin, meski aku telah berusaha dan belum teridhoi setiap yang ku langkahkan, aku tak ingin menjadi salah satu umatMu yang merugi, salah satu umatMu yang tak mensyukuri setiap apa yang telah Kau berikan pada tetapan taqdirMu,

Dan Kau tau berapa banyak telah aku tumpahkan airmata ini, berapa banyak aku merengek seperti bocah meminta berkahMu, berapa kali nyawa ini hampir terengut sampaisampai penantian menuntunku pada ambang kegilaan. Sepanjang perjalanan waktu diputaran putaran detikMu, selalu berada dimedan sunyi memerangi setiap yang bertentangan antara nurani ,akal dan fikiran..

Tuhan,aku umatMu yang kau ciptaan dengan kesempurnaanMu,tapi aku tak memiliki kesempurnaan untuk menjadi pengikut umat pilihanMu, banyak titik titik hitam yang masih melekat pada jiwa ini,meski aku berusaha menghapusnya satu persatu sepanjang aku mengingatMu, karna keinginan menjadi salah satu kekasih pilihanMu, walaupun itu tak akan mungkin..

Tuhan,aku hanya berharap ,pada kelemahan yang aku miliki ini

Tak menjadikan aku hambaMu yang kufur,tak menjadikan aku, manusia yang tak bersyukur mekipun sangat sulit untuk menjadi, manusia manusia yang ikhlas sebenar benarnya ikhlas pada tetapanMu, karna Kaulah pemilik segala kehendak, penentu..

Dan aku tau, aku tak pantas marah pada apappun meski aku ingin marah. Aku tak pantas berkesah meski aku selalu berkesah, aku tak pantas menerima rahmatMu, meski aku inginkan rahmah karunia terindahMu sambil menanti kereta penjemputan membawaku, dan aku berharap dapat menangis bahagia

tersenyum bahagia dilelap abadiku...

Tuhan,kalaulah boleh aku meminta satu hal dan Kau tau itu apa

Sebagai hadiah yang paling indah untukku ditanggal dan bulan ini, hingga aku masih tetap memiliki harapan membangkitkan jiwa yang terkurung dalam liang liang lara, terlepas dari penjara sunyi, dan bangkit dari ketakberdayaan hingga aku menjadi hambaMu yang berguna pun memiliki rasa syukur yang lebih indah dan damai..

Semoga Kau mendengar segala kesahan yang menjadi lembaran surat, yang hanya beberapa lembar aku kirimkan untukMu..

09 : 09

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun