Limbah air wudhu termasuk kategori greywater, yaitu hampir sama dengan limbah air yang di dapat dari mencuci baju, mencuci piring atau air bekas dari kamar mandi. Prathapar et al. (2005) menganalisis sampel bekas air wudhu dari beberapa masjid dan hasilnya menunjukkan bahwa pH air limbah dari beberapa masjid tersebut berada dalam batas air dan cocok untuk irigasi. Tetapi, kadar BOD5, COD, coliform, dan E. coli melebihi konsentrasi yang diizinkan, sehingga membutuhkan pengolahan sebelum digunakan kembali.
Menggunakan kembali (daur ulang) greywater untuk wudhu kerap menimbulkan masalah dan pertanyaan potensial dari sudut pandang agama. Perhatian utama umat muslim dalam menggunakan air daur ulang untuk wudhu ini terletak pada kemurnian air itu sendiri. Meskipun air bekas wudhu relatif bersih karena tidak mengandung sabun atau kotoran padat dan hanya sedikit mikroorganisme, greywater masih membutuhkan perawatan sebelum dapat digunakan kembali dengan aman, bahkan untuk non-minum.
Suratkon et al. (2014) mengatakan bahwa ketika sistem daur ulang akan diterapkan di masjid, salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah memaksimalkan pengolahan. SmartWUDHU' merupakan salah satu usaha konservasi air dengan cara memaksimalkan fungsi air. Air wudhu yang digunakan adalah tampungan dari air hujan. Hal tersebut karena air hujan termasuk air yang suci. Oleh karena itu air hujan dapat digunakan untuk berwudhu, mandi atau membersihkan najis pada suatu benda.
"Dan Kami turunkan dari langit air yang suci." (Q.S. Al Furqon: 48).
Sisa air wudhu kemudian diolah dengan sistem filtrasi dan desinfeksi. Tujuannya agar olahan air limbah wudhu dapat digunakan kembali untuk kegiatan lain seperti MCK, hidroponik, dan pertanian yang tidak membutuhkan air seperti sebelum air pernah digunakan (air baku). Dengan pengaplikasian SmartWUDHU', lebih dari 55% penghematan air dapat dilakukan, yang akibatnya berkontribusi signifikan terhadap konservasi air bersih di masjid.
Sistem daur ulang greywater tersebut mudah dipasang, ekonomis, sederhana, mengurangi pemborosan air, dan membantu menghemat pasokan air bersih. Pengaplikasian SmartWUDHU' dapat dimulai dari masjid-masjid yang ada di Universitas sebagai contoh untuk masjid-masjid lainnya. Daur ulang greywater mungkin bukan ide baru, tetapi SmartWUDHU' merupakan penggabungan praktis nilai dalam islam, sains, dan rekayasa terapan. Mewujudkan kehidupan modern yang berkelanjutan (tanpa mengurangi nilai ibadah) sesuai dengan ajaran Islam dapat kita mulai dari menghemat air dan menggunakannya semaksimal mungkin. Semoga kita semua dapat menjadi manusia yang beriman, berakhlak mulia, bijak dalam menggunakan air, dan berperan aktif dalam mencegah kerusakan di muka bumi ini.
Daftar Acuan
Al Mamun, A., S.A. Muyibi, & N.A.Bt.A. Razak. 2014. Treatment of used ablution water from IIUM masjid for reuse. Advances in Environmental Biology 8(3): 558--564.
Prathapar, S.A., A. Jamrah., M. Ahmed., S. Al Adawi., S. Al Sidairi, & A. Al Harassi. 2005. Overcoming constraints in treated greywater reuse in Oman. Desalination 186Â (1--3): 177--186.
Suratkon, A., Chee Ming Chan, & T.S.T.Ab. Rahman. 2014. SmartWUDHU': Recycling Ablution Water for Sustainable Living in Malaysia. Journal of Sustainable Development 7(6): 150--157.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H